Semenjak pandemi covid 19 yang resminya sejak 16 Maret 2020 pembelajaran yang biasanya secara langsung dengan bapak ibu guru harus berubah menjadi pembelajaran dalam jaringan atau pembelajaran jarak jauh.
Jadi waktu itu mereka masih kelas lima, dan nyaris selama kelas enam mereka mengalami pembelajaran jarak jauh ini. Kondisi ini baru pertama kali dalam sejarah yang saya tau, semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu dan bisa normal kembali.
Menghadapi pembelajaran jarak jauh , terlebih dalam waktu yang lama bukan hal mudah, baik pada siswa, guru ataupun orang tua. Suatu kejenuhan dan segala rintangan harus dihadapi.
Bagi anak mereka tidak mampu menerima dan menguasai materi dengan maksimal, sebatas yang dia fahami, sehingga hasilnyapun juga tidak sesuai dengan harapan dari kondisi normal bahkan bisa dikatakan ambyar. Karena tidak semua siswa bisa mendapat pendampingan belajar di rumah, belum lagi dengan kendala fasilitas belajar misalnya handphon atau pulsanya.
Bagi guru harus ekstra memerankan diri bak seorang artis yang harus bisa memerankan lakonnya. Pertama guru ibarat induk ayam yang terpisah dengan anaknya, harus memutar otak untuk mencari dan menemukan anaknya untuk tetap membimbing mencari asupan gizi rokhani muridnya.
Fengan menciptakan berbagai model dan strategi pembelajarannya dan menyesuai kan dengan kondisi kepanikan karena suatu keadaan yang tidak biasa dan penerapan kepatuhan pada protokol kesehatan.
Terkadang guru harus berperan bak seorang penjual jamu yang menghadapi kondisi muridnya diseberang jaringan yang lesu dan mengeluh karena menghadapi kejenuhan sehingga guru harus bisa meramu racikan pembelajaran ibarat jamu yang harus ia minum.
Dan gurupun harus menjadi psikolog dan motifator yang senantiasa harus peka dalam merasakan kegelisahan dan beban psikologis muridnya itupun dalam kondisi jarak jauh.
Dan gurupun juga harus berperan laksana seorang penyiar radio atau reporter yang menyampaikan reportasenya saat menjelaskan materi ajarnya.
Dan bahkan guru harus bisa berperan sebagai orang yang harus tertawa, tersenyum, menangis karena kerinduannya dengan sang murid. Dengan difidio si guru mengajar dan menulis di papan tulis tanpa ada siswa yang biasanya menampakkan berbagai ekspresinya, ada yang konsentrasi atau lagi ngantuk, atau tersenyum dan sebagainya.
Kalau sekedar mencari suatu jawaban dari suatu materi pembelajaran maka lewat handphon dia bisa mencari ,tetapi suatu kehangatan, bimbingan, kasih sayang dan contoh prilaku dan tokoh panutan dari sosok sang guru tiada dapat digantikan karena guru sebagai orang tua secara rohani bagi muridnya.
Dalam minggu ini untuk kelas enam mengikuti ujian praktek keagamaan yang menjadi pilihan keunggulan di madrasah kita, lulusan kita diharapkan mereka hafal Alquran juz 30, hafal surat Al waqiah, hafa Surat Yasin dan juga praktek menjadi imam tahlil .
Selain itu praktek ibadah proses berwudhu , praktek solat fardu baik bacaan dan gerakannya juga praktek solat janazah sebagai bekal untuk menjalankan perannya sebagai hamba dari sang kholiq dan sebagai makhluk soial. Alhamdulillah ujian praktek tersebut telah selesai mereka oaksanakan dengan hasil yang tidak mengecewakan.
Dari kegiatan praktek ini kita berharap pondasi mental beragama dan bermasyarakat serta harapan menjadi generasi solih solihah yang berilmu pengetahuan dan sesuai dengan zamannya bisa dia dapat.
Alhamdulillah proses pembelajaran yang serba terbatas dan ujian yang bisa dilalui maka suatu senyuman kebahagiaan laksana suatu proklamasi kemerdekaan dia dapatkan.dan serasa terlepas dari suatu beban yang menekan jiwanya.
Trimakasih para bapak ibu guru atas bimbingannya, selamat untuk anak anakku, semoga ilmu kalian manfaat an barokah dan pondasi keilmuan dari MI mafatihul Ulum bisa kalian kembangkan Amiin.
Sungguh, senyummu adalah kebahagiaanku.
Trenceng 28-42021
dalam ujian munaqosah siswa merekam hafalannya untuk disampaikan kepada orangtua yang turut mendampingi belajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar