Senin, 05 April 2021

ANTARA PALANGKARAYA DAN MARTAPURA

     Masjid Agung Al Muarram Amanah di.              Kuala Kapuas Kalimatan Tengah. 

Ini adalah sebuah catatan perjalananku  saat ke Kalimantan. Dari Bandara Juanda kita mendarat di bandara TJILIK RIWUT Palangkaraya,  saat itu bandaranya masih kecil dan bandara baru  masih dalam tahap pembangunan. Yang kita tuju adalah silaturrohim ke keluarga kang Mahfud kakaknya suamiku. Kang Mahfud dulu waktu sekolah masih di Jawa kemudian  ikut iibuk ke Martapura dan karena pekerjaannya di Palangkaraya maka menetaplah beliau di Palangkaraya,  bahkan Istri dan menantunya keturunan  Kalimantan dari suku Dayak. 

Saya ke Kalimantan pertama akir tahun  2012 dengan suami,  tahun 2016 kedatangan kedua bersama suami dan salma putri kecilku yang saat itu dia masih usia 3 tahun, mulai ikut di PAUD. dan yang ketiga tahun 2018 saat adik Nelly ponakanku menikah. Tapi untuk yang ketiga kita langsung  rute dari Juanda Surabaya dan mendarat di Bandara SYasudin Nur Banjarmasin Kalimantan Selatan  .

Setelah beberapa hari kita di Palangkaraya dan menikmati keindahan dan kekayaan budayanya maka tibalah kita sekluarga bersama keluarga kang Mahfud akan melakukan perjalanan darat untuk sowan ibu mertuaku dan para saudara di Martapura Kalimantan Selatan. 

Perjalanan darat antara Palangkaraya sampai Martapura ditempuh sekitar sembilan jam. Saat itu kita berangkat sekitar jam 14.00. Sepanjang pwrjalanan kita menyaksikan kiri kanan jalan yang kita lewati ,kang Mahfud dan mbak Samrah bagai pemandu wisata memberi penjelasan. 

Jalan- jalan di Kalimantan sangat lebar dibanding  di Jawa, Disana rata-rata pembangunan jalannya lebih dahulu baru ada bangunan atau pemukiman. Bangunan -bangunan perkantorannya besar-besar dan pastinya kental dengan arsitektur dan  ornamen ukiran ciri khas Palangkaraya. 

Disana kita sering melewati jembatan panjang sepertii Suramadu, karena banyak kita temui sungai sungai besar, karena sebelum perkembangan transportasi darat , andalan transportasi disini dengan perahu lewat perairan.  Sehingga banyak kita temui bangunan rumah apung dipinggir sungai. 

Disekitar jalan yang belum menjadi pemukiman penduduk,  sepanjang mata memandang ditumbuhi rumput ilalang  seperti rumput gajahan di Jawa .Tanah disana jenisnya bergambut dan selalu berair. 
Kita juga melewati kampung Transmigrasi, dengan rumah papan model panggung.. Di daerah Transmigrahi lahannya sudah diolah tapi ya memang perlu orang yang tekun dan kreatif serta kerja keras untuk bisa mengolah tanah disini. Bagi yang sudah sukses bangunan rumahnya juga sudah berubah dengan pembangunan baru dan juga masih banyak rumah yang tetap seperti semula yang mereka terima. 

Melewati kampung transmigrasi saya sadar inilah kenyataan materi transmigrasi yang waktu masih dibagku MI dan Mts yang saya terima dulu,  suatu program penyebaran penduduk dan memperkuat pertahanan keamanan serta upaya peningkatan kesejahteraan mayarakat dari pulau pulau yang padat penduduknya. Program transmigrasi ini dijaman presiden Suharo atau dikenal jaman Orde Baru. 
 
Lahan yang diterima para transmigran memang luas terbukti jarak rumahnya yang masih jarang,  tapi bentuknya sama,  namun bagi transmigran memiliki tantangan tersendiri untuk mengolah lahan, karena berbeda dengan lahan pertanian di Jawa yang tinggal menggarap dan menanam. Tapi kalau disini harus diawali degan membuka lahan, mengolah untuk ditanami tumbuhan yang cocok dan bisa tumbuh. Sehingga bagi yangbelum sukses tidak jarang dari transmigran itu menyerah dan mudik ke daerah asal. 

Selain melewati lahan ilalang, daerah transmigrasi kita juga melewati daerah yang dihuni oleh orang Bali kata kang Mahfud dikenal dengan sebutan kampung Bali. Mungkin dulunya juga orang orang yang melakukan transmigrasi dari Bali.Yang saya ingat dari mata Pelajaran IPS jaman MI transmigrasi sasarannya penduduk dari daerah padat misalnya Jawa, Madura dan Bali dan Lombok.  

Berbeda dengan di daerah Transmigrasi  rumahnya berjauhan  kalau di kampung Bali ini rumahnya sudah berdekatan seperti pemukiman di daerah kita. Apa dulu kira kira berawal adanya transmigrasi bedol  desa ya? .Wilayah kampung Bali ini juga sangat luas.  

Disebut Kampung Bali ya memang penduduknya keturunan Bali dengan ciri khas budaya layaknya orang Bali, didepan rumah ada bangungan pura untuk beribadahnya dan dipintu masuk ada tempat untuk meletakkan sesaji -sesaji. Jadi melewati kampung Bali seolah kita ke Bali sungguhan tapi tidak bertemu pantai, kata kang Mahfud dalam penjelasannya. 
 
Sambil istirahat kita berhenti di sebuah masjid untuk melakujan solat ashar,  dan jenis bangunan masjid ini tidak asing bagi saya persis di Jawa, e setelah saya lihat di nambor masjid tertulis namanua ""Masjid Yayasan Muslim Pancasila" sebuah bangunan Masjid zaman Orde Baru,  yang ternyata memang bentuk dan arsiteknya sama se Indonesia. 

Setelah istirahat cukup kita lanjutkan perjalanan,   sudah memasuki daerah yang ramai dipinggir perkotaan yang mayoritas dengan pertokoan dan berbagai warung dengan beraneka ragam jajanan. Putri kecilku pesan sama pakdenya,,"" pak de Pud ,disini apa ada cempedak ya ? " maka si pakde dan kita semua mengamati toko  buah yang ada cempedaknya, maklum waktu itu belum ramenya musim cempedak. Jadi masih jarang dan agak mahal. Cempedaknya ditimbang waktu itu kita beli tiga 150.000. Putri kecilku mengenal cempedak ya waktu dijemput dari Bandara Tjilik Riwut kitaa dibelikan cempedak dan tampaknya dia sangat meyukai buah ini. 

Didaerah kabupaen Kapuas kita berhenti di sebuah masjid Agung Al Muarram Amanah Kuala Kapuas yang sangat besar megah dan  mewah halamannya sangat luas . 
Masjidnya sangat indah, bersih , kubahnya sangat besar berwarna hijau putih. Disisi kiri dan kanan dilengkapi menara yang menjulang tinggi dari informasi ang saya terima tiggiya sekitar 40 m yang dilengkapi lif dan dari atas bisa menikmati keindahan kota Kapuas dan sekitarnya. 

Dibagian bawah menara dijadika kamar mandi,  tempat wudhu serta perkantoran.  arsitekturnya cukup menarik dan sangat bersih,  tempat wudhunya  ada tempat duduknya,  jadi orang wudu bisa sambil duduk menghadap kran dengan jarak tertentu. 

Halaman masjidya sangat luas bahkan dari tempat parkir menuju halaman masjid yang ada air macurnya yang melegkapi keindahan dan kemegahan masjid terlebih waktu malam lilengkapi  lampu lampu yang sangat menarik,   benar banar luar  biasa indahnya,terlebh di depannya ditanami pohon kurna. 

Selain bangunan masjidnya yang besar dan megah, yang bisa menampung 10.000  jamaah maka dihalaman masjid sudah diporselin dan alas kaki harus dilepas. Nah dihalaman masjid ini juga disediakan taman bermain untuk anak -anak,  sehingga merekapun nyaman dan kerasan di masjid. 

Karena lokasi masjid yang sangat luas saat kita selesai solat,  istirahat dan anak anak puas untuk bermain,  kita akan menuju warung disebelah masjid. Kita lupa dimana posisi alas kaki kita, maklum antara tempat kita melepas alas kaki menuju tempat wudhu dan masuk masjid sangat jauh .saat adzan berkumandang maka berhamburanlah para jamaah yang akan mengikuti solat jamaah. 

Sambll menikmati santapan makan malam, kang Mahfud menceritakan tentang masjid dan daerah sekitarnya,  kebetulan bude Samrah banyak saudaranya di kota ini. Sayapu bertanya,  pakde,  masih jauhkah perjalaan kita sampai rumah ibuk di Martapura? Jawaban beliau sambil tersenyum,  ,"" ya lumayanlah"" maksudnya gimana pakde?  lumayan kira-kira masih separoh perjalan karena Kuala Kapuas ini mash di wilayah priopinsi Kalimantan Tengah. 

Mendengar jawaban pakde Pud seolah tapa sadar sambil melongo saya berucap, ""Astaghfirullohal adzim"".kira ira masih butuh waktu berapa jam lagi nyampe Martapura?, ya sekitar tiga samai 4 ja lagi jawab pakde Pud. sayapun tanpa berucap cuma menggeleg-gelengkan kepala mendengar jawaban itu.  

Setelah itu kita melanjutkan perjalanan, mungkin karena sudah capek atau efek baru makan,  sayapun tertidur pulas, sesekaili bangun pertanyaan yang sama saya lontarkan, sampai mana pakde?  Masih jauhkah?  kurang berapa jam lagi?. Setelah dijawab sayapun tertidur lagi. 

Entah ini bangun tidur saya yang keberapa akirnya saya benar benar membuka mata dan meikmati indahya kota Banjarbaru yang disitu ada bundaran besar ditengah j perempatan yang dibangun sangat indah dilegkapi lampu yang menyempurnakan keelokan kota ini. Kembali saya bertanya kira kira kurang berapa jam pakde?  Kali ini bude Samrah menjawab,"" udah dekat paling 30 menit lagi. 

Nah mulai Banjarbaru ini saya tidak tidur lagi. Saya sangat takjub tatkala memasuki kota kabuaten Martapura yang sangat elok luar  biasa, "" MasyaAlloh,  indahya, Alhamdulilah  saya berkesempatan hadir dikota kampung halaman ibuk mertua dan saudara saudaraku yang cukup indah ini"".Rasa kantukpun lenyap tergantikan rasa takjub,  pada hal itu sekitar 23.00.WIb.

Sementara mbah Duwan kakak kandung ibu mertuaku disepanjang perjalanan tidak tidur sama sekali, saat saya tanya,  ""bah kung mboten sare gih?  , beliau mejawab, "" endak,  eman go turu,  lek turu aku mengko lek teko ngomah dak iso crito. (tidak, sayang kalau dalam perjalanan ditinggal tidur, nanti sampai rumah ndak bisa cerita".Mendengar jawaban mbah duwan kita semobil secara sepontan tertawa terbahak bahak. Telebih beliau memang ahli cerita dan tahan tidak tidur sampai larut malam. 

Kita sengaja tidak mengabari keluarga di Martapura bahwa kita akan kesana,  biar tidak menjadi fikiran. Dan sekitar jam 23.15 wib kita sampai dihalaman rumah ibunda tercinta iu Hj Jariyah di desa kebun Serei Martapura dalam kodisi sehat dan selamat.

 Ditengah malam itulah kita saling melepas kagen berbaur tangis kebahagiaan terlebih saat menyaksikan mbah Duwan berpelukan dengan ibuk mertuaku,  yang notabene ini baru pertama kalinya mbah Duwan menginjakkan kaki dan mengetahui domisili adik perempuannya yang sudah berpuluh puluh tahun menetap disini.

Ibuk di martapura ini dengan lima saudaraku yang rumahya berdekatan  haya satu yang ada didekat kota Martapura yang dari rumah ibuk skitar 3 km. Malam itu juga para saudara langsung kumpul,  laksana reuni kejutan kita melingkar bercengkerama dan melepas kerinduan yang berkecamuk dalam dada. Tak terasa percakapan kita sampai dini hari sekitar jam 02.00 Wib

Alhamdulillah sampai juga kujejakkan kakiku dibumi Kalimantan,  yang sebelumya tak pernah kubayangkan disinilah aku merasakan kampung halaman keduaku atau tempat mudikku. 

#Martapura kampung keduaku,  #keelokanmu mempesobaku, dan ibu dan sauaraku adalah harta berhargaku. 

Memo perjalanan antara palangkaraya-Martapura. 





2 komentar:

  1. Ternyata sering ke Kalimantan Bu. Pengalaman yang menyenangkan. Semoga semua keluarga diberi kesehatan

    BalasHapus
  2. Amiin,terimakasih doanya, ke kalimantan mudik pak

    BalasHapus