Selasa, 08 September 2020

REFRESING ALA PETANI



Kemarin sore stelah mengantar si kecil untuk mengaji kita mampir sawah .Tanaman kita dan mayoritas di skitarnya adalah jeruk purut atau disebut juga jeruk daun. Disebut jeruk daun karena yang dipanen adalah daunnya. 

Melihat perkembangan tanaman,  bisa menjadi wahana rekreasi tersendiri bagi penanamnya, karena ada suatu rasa senang dan puas atas hasil kerja kerasnya,  terlebih dari itu suatu rasa syukur kepda Alloh atas nikmatnya. 

Si petani hanyalah berusaha melakukan upaya perawatan dan selebihnya untuk hasil,  yaitu rizki yang Alloh berikan kepada kita. Tidak sedikit kita melakukan suatu kegiatan yang sama dengan upaya dohiriah yang sama, hasilnya bisa berbeda. 

Hal ini bisa juga dipengaruhi suatu rasa hati bagi perawatnya, Orang yang melakukan sesuatu didasari rasa senang dan nyaman yang mungkin dipengaruhi suatu bidang yang menjadi hobinya,  maka dalam melakukan sesuatu dengan tulus dan enjoi tanpa adanya suatu keterpaksaan, sehingga semua proses akan bisa dia nikmati. 

Sebaliknya seseorang yang melakukan sesuatu karena mengikuti trend atau coba coba tanpa ada niatan menekuni,  maka dalam meakukan sesuatu tidak bisa setotal  seperti  karena suatu hobi atau kesadaran sendiri. Sehingga kadang kali dalam sekali berusaha dan hasolnya tidak sesuai harapan mudah putus asa. Dan akan beralih pada bidang usaha lainnya. 

Ilmu seorang petani itu,  ibarat belajar dari suatu pengalaman yang ditekuni, dari uji coba,pengamatan dan juga bisa  dari pertukaran pengalaman sesama teman. 
Tahan uji dan pantang menyerah itu adalah modal usaha seorang petani dan tentunya juga modal dana. Petani sebagai profesi yang menghasilkan barang maka dalam setiap memulai usaha pembibitan atau pengolahan lahan, perlu modal baru,  beda dengan usaha bidang jasa yang dibutuhkan keahliannya. 
Untuk petani jeruk purut atau jeruk daun maka pembibitan cukup sekali di awal dan seterusnya tinggal perawatan, misalnya mengairi,  memupuk, membasmi hama dengan rajin menyemprot maka dalam kurun waktu kira kira lima bulan bisa panen,  dan biasanya itu sudah 3 atau 4 trubus. 

Trubus adalah istilah seminya daun jeruk. Sennsasi ditengah kebun jeruk yang terhampar luas  nuansa hijau segar di sore hari memiliki sensasi tersedirilaksana di kebun teh,  terlebih bila memiliki gubuk di sawah. 
Gubuk adalah semacam pos kamling yang dibangun di sawah sebagai tempat berteduh atau untuk tempat sarapan bagi orang yang bekerja di sawah. Sungguh kita ikut sarapan di sawah itu memiliki suatu kenikmatan yang berbeda dengan makan di rumah,  walaupun menunya biasa ala orang desa dan bisa juga dengan sayur blendrang. Dan bicara blendrang kita semua masih sangat hangat dalam ingatan,  karena dalam grup menulis kita ini baru mengangkat tema tentang blendrang dan akan dibukukan. 

Refresing yang menimbulkan rasa senang bagi orang pedesaan bukan semata-mata dari nilai uang yang dihasilkan tapi saat prosespun bisa jadi lahan refresing,  terlebih manakala hasilnya baik dan sesuai harapan. 

Petani terbiasa untuk memiliki pribadi lapang dada karena semua hasil usahanya baik itu sukses atau gagal,  dan bisa juga hasil panennya bagus tapi dari segi harga yang anjlok maka akan mempengaruhi penghasilannya.

 Dengan kondisi yang demikian para petani tetap bersyukur dan tidak menyerah. Hal ini bisa dikarenakan para petani tidak ada pilihan lain untuk melakukan suatu bidang usaha lain atau memang karena suatu kesadaran bahwa rizki yang diterima harus tetap disyukuri dan juga rasa qonaah itu melandasinya, sehingga manakala berada pada kondisi kesuksesan mereka tidak berlebihan menyikapinya dan manakala dalam kondisi kurang beruntung,merekapun tidak terpuruk dan tetap dalam koridor bersyukur. 

Dan seiring dengan perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh tehnologi dan informasi para petani juga semakin canggih, kalau dulu menjadi petani bisa karena suatu keturunan atau meneruskan jenis usaha yang dijalani orangtua,  dan jarang generasi muda yang mau menekuni bidang pertanian ini, sehingga para orangtua yang bertani tidak memiliki generasi penerus, sehingga lahan yang dimilikinya disewakan untuk diolah orang lain. 
Tapi sekarang di daerah saya banyak petani muda yang yang dengan bangga meyebutkan profesiya sebagai petani,  mereka  beriofasi menanam dengan tanaan yang lebih meghasilkan,  dan dengan kreatif melihat peluang .Mereka berani keluar dari zona nyaman dari skedar menanam seperti petani tempo dulu yang rutinitas dan jenis tanamannya sama dan memilih yang ringan biayanya,beralih kepada jenis tanaman yang lebih menjanjikan hasil misalnya,  menanam lombok,  melon,  semongko atau lainnya.  

Paradigma para petani muda, mereka berorentiasi pada hasil usaha bukan skedar rutiinitas menanam, sehingga berani melakukan inofasi dan berani tampil beda atau usaha yag tidak sama dengan sekitarya, dan tentunya berani dalam mengambil resiko biaya dan yang terpenting siap mental untuk menerima kesuksesan dan kegagalan usahanya. 

Salam salut tuk para petani,  dengan profesimu bisa memenuhi kebutuhan penduduk negri ini. 

Dan kamipun bangga jadi petani.dan kami juga bangga jadi orang desa. 

Mari berkarya sesuai profesi kita masing-masing,  semoga Alloh melimpahkan kelancaran dan keberkahan rizki kepada kita semua. Amiin

1 komentar:

  1. Senang nggih bu.... melihat tanaman yang subur, hati jadi nyaman

    BalasHapus