Senin, 21 September 2020

DESTINASI WISATA KEDUNG TUMPANG dan TARSAN

Terinspirasi dari cerita si kecil tentang kedung tumpang, maka saya ingat pengalaman dan kenangan berwisata yang pertama kali ke kedung Tumpang. 

Sekitar tahun 2016 kbetulan ada rapat kepala madrasah sewilayah KKM saya yang terdiri dari kec. Ngunut,  Sumbergempol dan Pucanglaban yang disingkat dengan KKM NGUMPOBAND. di MI Pucanglaban. Stelah selesai rapat kita lanjutkan untuk berwisata ke Kedung Tumpang yang memang tidak Jauh dan termasuk tempat wisata sedesa dan paling dekat. 

Kedung Tumpang merupakan destinasi wisata lau  di desa Pucanglaban kec Pucanglaban kabupaten Tulungagung. Arah tenggara dengan kabupaten Tulungagung. 

Keindahan Kedungtumpang memang sangat layak untuk menjadi pilihan berwisata alam. Waktu saya kesana yang pertama kali sekitar tahun 2016,saat itu masih awal awal dikenal dan lagi buming.

 Mulai masuk wilayah Pucanglaban banyak kita jumpai bener-bener yang memuat keindahan  alam dan penunjuk arah ke kedugtumpang, sebagai media promosi, Selain itu juga banyak bermunculan warung warung dan angkringan penjual minuman yang semuanya memuat gambar dan tulisan kedung tumpang. 

Dari ramainya informasi dan foto -foto keindahannya baik di bener maupun lewat media sosial,  membuat rasa penasaran untuk bisa langsung menikmati keindahan alam ciptang Allloh SWT ini. Saat itu jalan menuju lokasi masih dalam proses pengecoran sehingga kita yang boncengan terpaksa harus jalan kaki melewati jalan terabasan setapak, menerobos pekarangan warga.

Saat ini akses jalan arah pucanglaban bahkan sampai lokasi Kedung Tumpang sudah dibangun dan dalam kondisi bagus.

Sampai dilokasi kita disuguhi keindahan alam yang luar biasa, laut yang biru membentang luas, dengan deburan ombak yang besahutan dan buih putih ditepi tebing yang menggambarkan ombak yang menepi menabrak tebing. Itu masih gambaran keindahan laut yang kita saksikan dari atas. Kenapa dari atas?  Karena tempat parkiran kita diatas bukit yang bisa melihat ke arah laut. 

Adapun Kedung tumpangnya sebenarnya berupa kedung atau cekungan air di areal batuan alam dipelataran batu yang terukir alam dan sangat indah. Bagi orang yang memiliki nyali besar ada yang berenang di kedung ini.

 Tapi harus sangat hati-hati dan melihat kondisi alam apakah lagi musim pasang atau surut. Karena sewaktu waktu ombak datang membentur tebing sampai ke pelataran bebatuan yang sangat luas itu dan masuk kedung,  dan sering kita dengar ada korban yang terjebur ke laut karena keasyikan menikmati indahnya alam dan batuan yang memang sangat menarik dan indah untuk berfoto ria, sehingga kewaspadaannya terlupakan. 

Untuk bisa secara langsung menikmati keindahan kedung tumpang secara langsung dan dari dekat maka setelah kita sampai lokasi parkir kita harus menempuh perjuangan untuk menuju lokasi turun ke bawah dengan menempuh perjalanan kaki .
untuk menuruni gunung dan sampai bawah batuan lapang berjalan melingkari bukit sehingga ketemu kedungnya,  baru kita kembali ke tempat parkir naik yang lumayan menguras tenaga. Untuk itu disarankan yang turun ke bawah bagi yg benar benar kondisi badan fit. 

Bagi anak anak ,ibu ibu atau yang kondisinya tidak terbiasa menempuh jalan jauh sebaiknya cukup menikmati dari atas saja. 
Gambaran perjalanan saya turun ke kedung sebagaimana pada judul tulisan ini ""Kedungtumpang dan Tarsan"" itu sebenarnya menang pengalaman yang sangat mengesankas, membekas dan mungkin lelah dan tebusan kenikmatan sampai ditujuan masih terekam di ingatan. 
Kenapa saya ambil judul dengan Tarsan?  Karena tarsan identik dengan tokoh yang bergelayutan dipohon. Nah kalau mau turun kita siap menjadi seperti tarsan. 

Sampai di lokasi parkir dari grup Ngumpoband terbagi menjadi tiga, yang satu kelompok cukup menikmati indahnya alam dari gubuk-gubuk yang diiringi semilir angin dan es degan yang siap santap. 

Kelompok kedua  saya berempat, dengan pak Muhaimin, Pak Rodi dan satu guru MI Pucanglaban menempuh jalan turun darijalur sebelah kanan dulu. Dan kelompok ketiga menempuh jalur turun dari kiri. 

Perbedaan dari kedua jalur ini,  bila yang kanan maka kita turun tajam kalau dari kiri jalan turun gunung landai.

Grup saya dari kanan yang turun tajam. Begitu turun kita memang dihadapkan pada medan turun 45 derajat dan saya harus merayap,  nah baru ketemu tambang besar bersimpul simpul kalau orang jawa menyebutnya majun, yang ditalikan pada pohon sarana kita bergelayutan menuruni tebing dengan kemiringan lebih ekstrim  90 derajat, 

Laksana tarsan kita bergelayutan kira kira lebih dari 10 m kita ketemu jalan menurun biasa dan ketemu tali bersimpul atau majun lagi dan seperti tarsan bergelayutan lagi berulang tiga kali jadi tarsan terus kita turun sampai bawah kita jumpai batuan datar, dibawah pohon pring dan ori kita menyusuri jalan sampai kita ketemu ada air terjun dan arah kita berbelok melingkari gunung di batuan mendatar, yang terhampar luas langsung berbatasan dengan laut lepas. 

Subhanalloh Indahnya, seolah kelelahah bergelayutan laksana tarsan sirna terbayar oleh hipnotis keelokan hamparan batuan yang seolah terukir alam dengan deburan ombak. 

Antara rasa kagum dan ada rasa ngeri karena langsung berbatasan dengan laut lepas yang ombaknya bisa juga besar sampai pinggir tebing tinggi yang kuta turuni tadi. 

Dari semua wisatawan tidak ada yang melewatkan keelokan smua lokasi yang bagus untuk berfoto ini. 

Perjalan di hamparan batuan berukir ini lumayan jauh kira kira ada 2 km untuk bisa sampai di kedung yang merupakan puncak keindahan yang dikenal dengan sebutan kedung tumpang.

 Kedung itu berupa suatu cekungan atau semacam danau di bebatuan yang berbentuk lonjong kira dengan diameter 10 m, dengan air biru dan indah sekali ditambah buih dari ombak menatap tebing yang masuk ke kedung itu. 

Waktu saya sampai di kedung itu ada bule yang berani berenang disitu. Dan yang harus kita waspadai adalah kondisi laut sedang oasang atau surut. Karena kalau sedang oasang maka ombaknya bisa sampai melewati kedung bahkan sampai di perbukitan batu. Selain itu kita juga berhati-hati untuk berfoto dan berselfi ria skedar mengambil latar deburan ombak yang memutih bagai buih. 

Kita berpapasan dengan teman-teman yang mengambil jalur turun dari arah kiri yang menuruni tebing yang landai tapi ya lebih lama sampai bawah. Kita bergabung,  melepas kelelahan dan berbagi sisa-sia air dan bekal jajan yang kita bawa. 

Merasa cukup dalam beristirahat,  grup kita melanjutkan perjalanan ke atas menuju pos parkir,  Kalau turunnya kita bergelayutan laksana tarsan tapi tidak begitu menguras energi maka sekarang kita laksana penjelajah yang berjuang untuk bisa menaiki bukit. dan cukup menguras tenaga,

Dari keempat anggota kita ada pak Rodi yang pistur tubuhnya tinggi besar sehingga untuk naik ini cukup berat,  bahkan beliau mau pingsan dan bekal air kita sudah habis,  untung ada dua orang dari jombang yang baik hati membantu dan memberi kita air. 

Dengan perjuangan yang berat sampailah kita digubuk pedagang, yang menyediakan semacam gubuk  dan panggung untuk istirahat, kitapun istirahat disitu menunggu energi oak rodi membaik. 

Etelah dari gubuk pedagang itu ,  kita masih harus naik lagi untuk sampai pos pertama di gubuk parkiran tempat teman teman kita yang memilih penikmat alam dar atas. 

Sungguh saat menulus ini seolah kita menempuh perjalanan itu lagi dan menghela napas dan seolalah kita lega dan melepas napas panjang tanda sampai di start oarkiran berkumpul grup yang lain. 

Adapun grup yang kedua kita masih agak menunggu lama dan masih terbayang bagi saya mereka pasti masih berjuang untuk menaiki tebing dengan majun tadi laksana pemanjat tebing Dan tentunya lebih berat daripada kita yang cukup merisot dengan tali seperti tarsan

Sampai saat ini saya sudah lebih dari tiga kali ke kedung tumpang tetapi untuk turun ke bawah buat saya cukuplah terwakili dengan kunjungan yang pertama selebihnya cukuplah penikmat dari atas saja, itupun sudah sangat indah, terlebih sekarang sudah ada pohon - pohon yang rindang dan wahana berfotoria, tempat mainan anak.

Sebagai pecinta wisata alam kususnya laut ,saya merekomendasikan  wisata alam ke daerah pucanglaban  bisa  jadi pilihan. Karena selain di kedungtumpang kita juga bisa ke destinasi wisata yang disebut pantai pacar dan pantai tambak .

Di Tambak ini kita bisa menikmati pantai dengan pasir putih dan bermain air laut dan disitu juga kita temukan aliran pertemuan air dari sungai yang bermuara ke laut. Kita juga akan melewati tambak udang. 

Selamat menikmati wisata alam KEDUNG TUMPANG DAN IKUTI SENSASI JADI TARSA BERGELAYUTAN, ,  dari coretan saya DAN BUKTIKAN KE LOKASI PASTINYA LEBIH MENARIK. 

SELAMAT BEREFRESING RIA.... 





 

2 komentar:

  1. Aku ikut lo bu, bersma p rodli, asik tulisannya mengenang wkt itu

    BalasHapus
  2. O ngih pak harun, jenengan la sak tim kalih kulo, saksi perjuangan jadi tarsan. Sakniki jalur mriko pun mulus sampai lokasi yang atas p. Harun. Lek mandap kulo dak wantun mindo.

    BalasHapus