NYIMPEN KOK PENYAKIT, LAKYO MENDING NYIMPEN DUIT.
Dari tulisan Prof. Ngainun Naim yang berjudul PLONG maka saya tuangkan tulisan ini yang merupakan wujud rasa syukur karena telah melewati masa-masa yang penuh dengan beban secara psikologis, terlepasnya kita dari beban psikologis inilah yang orang jawa menyebut dengan istilah PLONG sebuah rasa lega atau merdeka dari suatu beban.
Ini kulalui di th 2019 ,waktu itu ada keluhan pada leher saya, mau periksa ke dokter selalu saya tunda karena ada beban rasa takut dan tidak siap secara psikologis untuk mengetahui hasil dari konsultasi dokter.
Dan pada suatu hari saya memeriksakan anak saya karena demam saya ikut periksa, dan dari dokter saya diberi rujukan ke rumah sakit, dari rujukan inipun tidak langsung saya tindaklanjuti sampai masa rujukan habis. maka saya mengumpulkan informasi dan konsultasi dengan teman teman yang pernah mengalami keluhan yang sama dan tindakan apa yang sudah mereka lakukan, semua itu semata mata untuk menghilangkan beban dan menepis rasa takut saya.
Saya kedokter lagi untuk minta rujukan, dan ini saya tindaklanjuti ke sbuah rumah sakit dan karena suami pas ada kegiatan maka saya periksa sendiri, antrian ya cukup lama,masih ada was-was waktu antripun semakin menjemukan, dan stelah ktemu dokter dari yang disampaikan dg bahasa yg ketus dan justru memperbesar rasa takut saya, tanpa banyak tanya si dokter berkata ini saya beri rujukan saja kecuali kalau mau biaya mandiri ya saya tangani karena biayanya mahal, saya jawab, saya minta dirujuk saja. Dari pengalaman periksa sendirian inilah setiap periksa dokter saya didampingi.
Pada saat saya ke rumah teman ,saya cerita dan ternyata kepala sekolahnya juga mengalami sperti saya, akirnya saya diajak silaturrohim kesana.Beliau seorang ibu usia skitar 55 tahun, sayapun diberi informasi dan banyak nasehat yang ternyata dari nasehat yang menyejukkan inilah yg memupuk semangat saya.
Dan untuk memperbesar keberanian , saya berfikir harus muncul juga motifasi instrinsik saya, saya ingat beberapa bulan lalu saya mengunjungi keluarga adik perempuan saya di klaten karena tugasnnya sbagai dosen di klaten sedang suaminya dosen di magelang, si suami yang ngalah nduduk PP dari klaten ke Magelang sekali jalan jaraknya skitar 78 km.
Sambil kita berbincang- melepas kangen dan cerita perjalanan kita yang baru pertama kesini dengan mengandalkan goglemap, Adik saya cerita seminggu yang lalu suaminya yang sakit dibagian perut, padahal posisi di magelang, dg mengendarai mobil sendiri si adik perempuan saya menjemput suaminya, dan dari pemeriksaan dokter harusnya dioperasi, tapi si suami tidak mau karena takut, sambil guyonan saya bilang "" NYIMPEN KOK PENYAKIT LAKYO MENDING NYIMPEN DUWIT
"
stelah beberapa hari dari kunjungan saya si adik mengabari kalau suaminya ini sudah siap mau operasi dan akan dilaksanakan besuk, mohon doanya.
Nah ingat kata kata saya yang diatads sayapun ganti menasehati diri saya sendiri persis dengan rumus kata kata yang sama. Muncullah tekat saya dan siap menikmati proses.
alhamdulillah saya bersyukur kepada Alloh, karena dipemeriksaan pertama di rumahsakit ini saya dipertemukan dengan dokter yang baik, saya didampingi suami. Si dokter melihat saya kok tersenyum, saya beranikan bertanya, kenapa dok kok tersenyum ada yang aneh dari diri saya? Beliau menjawab dengan santai dan ramahnya, "" tidak aneh tapi kelihatan, jenengan tampak tegang ,takut yaaa? Ya kalau sakit ya diobati jangan malah ditakuti,
Si dokter menjelaskan sakitnya ndak membahayakan kok, kalau istilah kesehatan itu struma atau bahasane kita gondok itu lo. Sudahlah jangan takut, trus maunya gimana pengobatan dulu atau operasi? si dokter tanya lagi. Mau saya sakitnya hilang, sayapun ganti tanya, saya kan tidak mengerti dok, kala menurut dokter itu yang terbaik untuk saya gimana dok skaligus dampak terburuknya apa dok? Si dokter menjawab, kalau saya mending operasi, kalau pengobata kita kasih obat stelah observasi 3 bulan baru diambil tindakan kalau diperlukan harus operasi, dan dokter juga menyampaikan tentang dampak yang mungkin bisa muncul stelah itu misalnya suara akan terganggu, tapi lama lama juga pulih, ada juga yang harus terus konsumsi obat dll.
Stelah saya berdiskusi dengan suami dan dokter saya putuskan untuk operasi, karena dari beberapa informasi yang saya dapat dari temen temen itu beliau juga operasi. Stelah itu kita ikuti prosedur pemeriksaan untuk operasi, mulai dari laboratorium, radiologi, pemeriksaan jantung, kita ikuti,
Dari prosedur diatas otomatis saya sering ke rumahsakit dan jelas siap antri, pada tahap awal saya sangat jenuh, karena dalam poli yang sami kita proses pemanggilannya tidak cuma sekali dan tiap panggilan pasti nunggu antrian lagi, belum lagi ingat si kecil yang tidak mungkin untuk saya bawa otomatis saya titipkan.
Pada tahapan pertama ini saya amati orang yang ada disekitar saya dengan berbagai kondisi dan keluhannya, dalam hati saya bersyukur ternyata saya madih beruntung dan nikmat yang diberikan kepada saya lebih besar, karena walau sama-sama sama antri saya tidak merasakan sakit, sementara yang lain sudah antri, merasakan sakit dan ada juga juga orangtua yg antrinya ya cukup lama kepayahan akirnya memutuskan pulang.
Pemeriksaan selanjutnya saya sudah siap sambil membawa buku bacaan untuk mengusir kejenuhan saat antri, dan tahapan selanjutnya saya lebih mendekatkan diri untuk berbincang dengan sesama padien atau pengantarnya, yang ternyata dari perbincangan inilah bisa mengurangi beban psikologis dan dapat banyak pengalaman dan ilmu dari berbagai bidang.
Stelah dokter jantung acc kitapun ada penjadwalan pelaksanaan operasi, dan satu hari sbelum hari H kita sudah opname, kito stor berkas2 dan dicek ulang tensi, rekantung dan dari hasil lab saya yang tidak cuma sekali, sang perawat memberi informasi bahwa semua dalam kondisi baik dan mengabari operasinya besuk pagi jam 6 ,mulai malam puasa, dan juga bertanya apakah ibu siap? Saya jawab "" siap mas, karena niatan saya mau berobat, saya akan menikmati prosesnya sambil bercanda yang sbenarnya untuk mengingatkan diri saya ungkapan "" nyimpen kok penyakit lakyo mending nyimpen duwit yo mas"" kbetulan perawatnya laki laki seumuran adik saya. Sambil ikut tertawa si perawat ini berkata ibu ini kok lucu dan aneh juga ya? Lo kok gitu, ...dia juganti mengatakan ya daripada penyakit saya juga pilih duwitnya bu, Trus anehnya, baru kali ini saya bertemu pasien yang mau operasi justru ingin menikmati prosesnya, semoga besuk berjalan lancar dan sukses ya bu, itu doa yang disampaikan. Trimakasih dan maaf saya merepotkan.
Pagi pagi saya ditensi dan siap dengan baju untuk operasi, sambil didorong keruang operasi saya bertanya, operasi itu apa lama ya mas? Ya tergantung operasinya bu, yang terkesa lama itu kalau sudah masuk ruang operasi dikira langsung pelaksanaan, tapi juga persiapan kadang juga ada antrian. Dan Alhamdulillah saya tidak antri karena didalam cuma afa 2 orang yang satu akan melahirka. Kitapun sempat berbincang dan saling memberi motifasi.
Skitar jam 4 sore saya sudah sadar dan ada pemeriksaan dari perawat, hal pertama yang dilakukan perawat adalah bertanya pada saya. ""Nama ibu siapa ? Saya jawab nama saya ya tetap masak gara gara operadi nama berubah.. Sambil saya sebutkan nama saya.Si perawat lalu mengucap AL HAMDULILLAHIROBBIL ALAMIIN.... ternyata suara ibu tidak terganggu dan baik - baik saja.... Tiba-tiba tiba saya terdiam sejenak, airmata saya mengalir hati dan lisan saya berkata ALHAMDULILLAH YA ALLOH ATAS NIKMAT DAN ANUGERAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KEPADAKU... dan saya sadar untuk memecahkan kebisuan saya berkata pada si perawat itu, oooo ternyata itu tadi pertanyaan pengetes tentang hasil operasi juga ya mas? Betul bu. Dia jawab. Memang itu adalah resiko yang bisa timbul tapi alhamdulillah ini jenengan tidak mengalami itu.
Bener bener suatu nikmat kesehatan itu adalah sebuah nikmat yang tak terhingga besarnya, dan kita tidak bisa menghitung dengan angka, sehingga banyak orang yang lupa... Baru ingat dan belajar menghitung kalau sehat itu jauh dr kita .
Semoga ALLOH SWT senantiasa melimpahkan kesehatan dohir batin kpd kita dan keluarga dan diberi kemampuan untuk bersykur dengan mensyukuri dg berbuat dan berjuang beribadah sesuai profesi kita masing masing-masing.
Trimakasih smua fihak atas doa dan mohon maaf atas khilaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar