Kamis, 25 Juni 2020

KISAH BLANGKON DAN SANDAL JAPIT

Indonesia adalah  negara yang sangat kaya akan budaya,  beraneka suku bangsa, bahasa, adat, baju,  tarian, bahkan dari jeniis makanan khasnya.Kekayaan budaya itu tak ternilai karena dibingkai semboyan BINEKA TUNGGAL IKA yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. 

Demikian pula keluarga besar saya, banyak yang berdomisili di daerah Kalimantan , ibu mertua dan 5 kakak dan adik dari suami di Martapura, Kalimantan Selatan,  Kakak kedua dan anak putunya di Palangkaraya,  dan ada 3 kelurga dari saya yang di Balik Papan Kalimantan Timur. 

Dari pernikahan kakak dan adik saya, ada yang keturunan dayak, Banjar, Jember ,  ponorogo ada pula keturunan Bugis. Adik saya juga ada yang berdomisili di Klaten Jwa  Tengah.

Dari kelurga besar iyang beraneka ragam ini juga memiliki kekayaan dan khas budaya masing - masing. terutama bahasa daerah yang sangat terasa  Bila kita berbicara dengan bahasa daerah pasti unik antara faham dan tidak faham,  pokoknya ada yang tertawa ikut tertawa jadinya perlu diterjemahkan. 

Alhamdulillah walau kami domisili saling berjauhan dg beraneka budaya, kita kompak dan unik sehingga kalau boleh saya katakan dengan keluarga Bineka Tunggal Ika dan bahasa pemersatunya bahasa Indonesia. 

Pada tahun 2019 tepatnya bulan syawal 1440 H ,keluarga besar saya sejumlah 12 orang mudik ke Jawa dalam rangka pernikahannya ponakan tepatnya putra kang Mshfud dari Palangkaraya yang bernama Marta Bahar Riski atau dikenal dengan nama panggilan Atok dengan Birrul Walidah dari Tarokan Kediri dan aya bersyukur  dari pernikahan ponakan ini akan lebih mendekatkan keluarga kita. Paling tidak dia tetap akan sering mudik ke Jawa. 

Dalam rombongan itu ada menantu dan 2 putunya kang Mahfuf yang baru pertama kali ikut ke Jawa. Sehingga mereka sangat antusias dan penasaran dengan apapun di Jawa, kbetulan dia dari keturunan Dayak. Disini apapun yang dia lihat dia rekam dg fidio atau foto. Selama disini seminggu  mereka ingin diperkenalkan  dan menikmati masakan-masakan khas jawa, punten, rujak, sompil, jajanan pasar dll, 

Demikian pula adik perempuan saya yang jago masak disini memasakkan resep dari Kalimantan, dan yang menjadi sangat unik itu manakala kita berbincang bincang dengan bahasa daerah masing masing,  sbenarnya kita agak faham maksudnya tapi ya ndak bisa nyambung semua. Untungnya kita punya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Dengan ramenya kita saling belajar dan mengajari bahasa daerah sambil masak atau kegiatan lain. 

Dan ternyata yang paling cepat dalam penyesuaian kususnya bahasa dari anak anak. Putunya kang Mahfud juga heboh ingin diperkenalkan dengan budaya jawa, kususnya panggilan,  paklik, bulik, mbah,  dll, biar hubungan kedekatan keluarga ini tetap kuat. 

Siputu yang ikut ke jawa 2 namanya IKI  kelas 2 SD dan ABI masih TK. Dia kemana mana bawa HP untuk memoto dan merekam vidio dan layaknya reporter dia sambil bercerita dan dikirim ke saudara dan temannya di Palangkaraya. Dia sukanya kekandang kambing dan kesawah memakai capil buyuk dan minta naik sepeda ontel milik buyutnya. 

Pada acara resepsi pernikahan smua klurga dari Kalimantan sudah disiapkan baju khas adat jawa baik laki -laki atau perempuan termasuk 2 putu. Dari acara itu si ABI sangat menyukai BLANGKON dan baju khas jawanya. Maka stelah acara mantenan diapun minta dibelikan blangkon dan baju khas jawa. 

Setiap hari siang malam si blangkon ini tetap ia pakai. Sbelum pulang ponakan juga borong baju baju batik yang sudah jadi pesenan teman-teman kantornya. 

Dan tibalah rombongan ini mau pulang, yang keberangkatan ke Surabaya jam 11 malam .Si putu tidak mau tidur katanya belum mau pulang dan sayang kalau tidur,  pingin menikmati malamnya di tanah Jawa. 

Orang tua berkemas dengan bawaannya masing masing si kecil juga heboh dengan permintaannya, Si Iki pesan pada bundanya, " Serandal japit saya jangan lupa dibawa, tapi tanah yang melekat jangan dihilangkan karena tanah itu sebagai bukti kalau saya pernah datang dan menginjak tanah Jawa yang pertama.".akirnya sandal japit dan tanah yang melekat diamankan dalam sebuah tas kresek. 

Putu kang Mahfud yang kecil SI ABi juga tak kalah heboh diapun juga juga  pesan, " JANGAN LUPA BLANGKON DAN BAJU BATIK saya DIBAWA , NANTI UNTUK CERITA SAMA TEMANN  KALAU DIA ORANG JAWA. ." bahkan berangkat ke jawa SI BLANGKON KESAYANGANNYA DENGAN RIANGNYA DIA PAKAI. 
itulah sepenggal kisah SANDAL JAPIT DAN BLANGKON. 

untuk para saudaraku,  salam kangen dari kita sekluarga di jawa.  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar