Minggu, 08 November 2020

KUNCI-KUNCI DAN TRIK MENJADI PENULIS.

Hari Sabtu,7 Nopember 2020 Alhamdulillah bisa mengikuti seminar Implementasi dan Optimalisasi Gerakan Literasi di SMA Diponegoro Tulungagung yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Tulungagung dengan nara sumber bapak liteasi kita Bapak Dr. Ngainun Naim. 

Seminar itu diikuti oleh kepala madrasah dan guru anggota PERGUNU Tulungagung yang jumlahnya 100 orang. Dan sesuai sambutan dari panitia bahwa seminar literasi ini adalah seminar yang paling dahulu terpenuhi pendaftarnya dari 4 rangkaian seminar  yang diadakan PERGUNU Tulungagung ini. Rangkaian seminar dalam  tersebut diawali dengan seminar Informasi dan Tehnologi (IT), seminar Literasi, Aswaja dan seminar Advokasi dan Hukum. 

Ini menunjukkan bahwa geliat dan kesadaran akan literasi semakin tinggi, terutama dimasa Pandemi ini. Semua orang menghadapi masa pandemi ini dan banyak sekali materi yang tertumpuk di dalam angan angannya yang meliputi berbagai permasalahan terkait menghadapi dan menyikapi masa pandemi covid-19 ini, tidak terkecuali bagi para pendidik dan tenaga kependidikan. 

Tumpukan - tumpukan beban pemikiran ini menimbulkan rasa jenuh,  tertekan dan bila tidak bisa menyikapi kondisi  dengan baik maka bisa menimbulkan gangguan secara psikologis.

 Sebenarnya dengan menulis kita bisa menuangkan gundah gulana, dan mengeluarkan beban pemikiran sehingga bisa meningkatkan imun tubuh. 

Namun  dari mindset yang mayoritas dimaknai menulis itu sulit maka menulis itu dianggap suatu beban..dari suatu kata bijak ada ungkapan " Besar kecilnya masalah itu sebenarnya bukan dari masalahnya tapi terletak pada bagaimana kita menyikapi masalah tersebut".

Nah ternyata dalam seminar ini bapak Dr. Ngainun Naim dengan gamblang dan dengan penyampaian yang santai dan bahasa yang mengalir dan mudah difahami serta sentilan motifasi literasi sebagai ciri khas beliau menyampaikan dan menggiring mindset tentang menulis itu mudah. 

Dalam penyampaian awal beliau menuturkan dengan ringan dan nyantai bahwa menulis itu mudah,  asal bisa membaca, semua orang bisa menulis apalagi guru. beliau juga menyampaikan bahwa menulis itu sesungguhnya berkata. 

Coba kita ingat bahwa sebenarya semua orang mayoritas dalam perbincangannya i bisa menceritakan segala sesuatu baik yang dilihat, dialami atau yang dirasakan dengan runtut dan lancar. Itu sebenarnya adalah suatu bahan atau ungkapan yang bisa ditulis. 

Saya juga ingat beliau pernah menyampaikan , dalam belajar menulis itu tulislah bidang apa yang kita geluti atau yang kita kuasai, nikmatilah ambillah satu kata maka kata itu akan mengajak teman teman-temannya. Nulislah seolah kita bercerita bedanya dengan ditulis, Jangan dibebani dengan tulisan kita baik atau tidak, layak atau tidak. Justru dengan bahasa tulis kita bisa megedit atau memperbaiki, beda dengan cerita langsung. 

Dan dalam semiar ini beliau meyampaikan beberapa kunci dalam menulis diantaranya:

 Niat yang kuat, merupakan kunci pertama. Apapun kegiatannya niat menduduki kunci utama. Dan dalam dunia menulis niat yang kuat dibarengi dengan semangat sehingga dapat diwujudkan dengan tulisan. Bisa dikatakan niat sebagai kunci pertama dan semangat sebagai kunci suksesnya. 

Kenapa niat yang kuat perlu berteman dengan semangat? Karena menulis sangat dipegaruhi oleh naik turunya suatu spirit menulis, kadang naik kadang turun. 

Naik turunnya spirit menulis itu biasa, Namun ada hal mendasar yang membedakan antara penulis pemula dan penulis besar. Bagi penulis pemula, spirit dan motifasi baik intrinsik dan ekstrinsik sangatlah diperlukan, agar memiliki kepercayaan diri untuk mengungkapkan ide, atau apapun dalam bentuk tulisan.

Beruntunglah kita ada bapak Dr. Ngainun Naim tokoh penulis yang tidak cuma siap, tapi selalu telaten dan mampu memberikan motifasi sekaligus menyiapkan waktu dan berbagi ilmu dalam grup literasi.,misalnya di grup Maarif Menulis atau grup Gubuk Lterasi Pergunu yang spontan dibentuk dalam acara seminar literasi ini. 

Motifasi beliau yang selalu unik kalau boleh saya katakan bahasa sentilan sentilun, sangatlah mengena , berarti dan cukup bermakna bagi penulis pemula , saya tetap ingat saat beliau berkomentar di fb saya juga di WA dengan kalimat singkat" kapan lek mulai nulis, nunggu apa lagi? "Saya membaca kalimat itu dengan diliputi rasa malu, untungnya tidak langsung berhadapan dengan beliau. Bahasa sentilan sentilun motifasi beliau selain yang dalam tulisan, juga sering saya cermati di ngaji literasi beliau yang sering saya ikuti .

Sebaliknya bagi penulis besar kondisi pasang surutnya spirit menulis ini sudah dapat mereka sikapi. Terkait dengan ini bapak Ngainun Naim menuturkan bahwa" Penulis besar tidak akan larut dalam kondisi spirit yang menurun. Ia akan selalu berusaha mencari jalan agar spirit menulisya kembali meningkat. Sementara penulis pemula ia akan pasrah pada keadaan pasif dan menunggu datagngya spirit lagi. 

Nah kalau demikian adanya kiranya apa yang bisa kita lakukan? Mungkin ungkapan " Bila ingin berbau harum maka harus dekat dengan penjual minyak wangi dan bila ingin alim maka mendekatlah kepada orang berilmu dan bila ingin menjadi penulis mendekatlah dengan Dr. Ngainun Naim dan juga komunitas menulis,menurut saya bisa dijadikan sebagai salah satu jurus yang bisa kita tempuh. 

Kunci menulis kedua adalah mindset atau sudut pandang kia dalam menyikapi suatu hal. Bila kita fikir menulis itu mudah maka akan mudah dan bila kita memiliki atau mengaggap menulis itu sulit maka juga sulit. 

Terkaid dengan mindset ini saya teringat suatu ungkapan bahwa " Besar kecilnya permasalahan itu tergantung dengan bagaimana kita dalam menyikapi permasalahan itu".

Kunci ketiga tradisi membaca. Antara membaca dan menulis ibarat dua sisi mata uang, saling mempegaruhi karena menulis pada hakekatnya mereproduksi dan mengembangkan hasil bacaan kedalam bentuk tulisan.Semakin banyak bacaan maka semakin banyak perbendaharaan kata yang bisa kita adopsi,atau kita bisa mengambil contoh irama atau alur menulis. 

Terkait hubungan membaca dan menulis saling bersinergi ini kiranya banyak bukti bahwa seorang penulis ulung pasti si pembaca ulung tapi si pembaca ulung belum tentu bisa menjadi penulis ulung. 

Dr. Ngainun Naim dalam bukunya yang berjudul " the Power of Writing " menuliskan bahwa "menulis yang baik  hanya membutuhkan satu syarat yang sangat mendasar yaitu rajin membaca. Semakin banyak membaca maka seseorang akan semakin banyak perbendaharaan wawasan dan pengetahuannya yang kemudian dapat dijadikan sebagai modal untuk menulis. Mustahil seseirang mampu menulis secara baik jika tidak pernah membaca".

Bukti nyata yang yang saya tau dari bapak guru yang saya anggap sebagai guru literasi pertama saya, beliau seorang penulis yang setiap mengajar pasti membawa buku bacaan dan ciri khasnya buku itu cukup degan tas kresek yang selalu beliau bawa.Dan beberapa waktu lalu sebelum beliau berpulang saya dan beberapa teman bersilaturrohim dan menjenguk beliau ke kediamannya. 

MasyaAlloh begitu masuk rumah memang beda dengan rumah-rumah pada umumnya. Karena kita langsung berhadapan dengan deretan buku yang tertata rapi , bahkan di semua sudut rumah dari ruang tamu, perpustakaan dan musolla keluarga bahkan di dapur ada lemari buku. Kita tau itu semua karena kita sempat solat disana.dan kebetulan istri beliau adik kelas kita dari almamater yng sama yaitu di MTSN tunggangri. 

Dari penuturan istri beliau jumlah koleksi buku bapak waktu itu skitar 17.000 buku dari berbagai bidang, dan penataannya sudah diidentifikasi sesuai bidangnya, bahkan beliau hapal tentang peletakannya. 

Dalam kondisi yang kurang sehat beliaupun tetap berkarya dengan dibantu istri atau putranya untuk mengetik. Beliau dawuh bahwa berkarya dengan menuangkan tulisan juga sebagai refresing dan obat bagi beliau. Bapak guru yang saya anggap guru literasi pertama itu adalah bapak AMRULLOH  yang juga guru dari bapak Dr. Ngainun Naim yang sekarang menjadi guru litetasi kita semua. 

Bapak Amrulloh  saat ini sudah berpulang kehadirotNya,  untuk almarhum semoga senantiasa mendapat magfiroh dan amal perjuangan dan karyanya mejadi amal hasanah fidduya wal akhiroh, amiin .. lahul faatihah.

Kalau kita belum punya kebiasaan aktif membaca apa kita belajar menulisnya menunggu sesudah rajin membaca?  Menurut saya tidak , seperti dawuh Dr. Ngainun Naim kita bisa menulis apa saja yang kita lihat,  kita rasakan atau kita sukai,  pasti akan mengalir dengan sendirinya. Dan alangkah lebih baikya kita memupuk juga rasa senang dengn buku dan kebiasaan membaca. 

Saya mengawali belajar menulis itu tidak saya bebani dengan harus rajin membaca buku,  karena kalau belum punya kebiasaan membaca begitu pegang buku itu menguap dan rasa mengantuk langsung datang, sehingga buku laksana obat tidur.

 Menyikapi ini saya menulis tidak membebani dengan baca buku tapi saya baca keadaan dengan pengamatan, misalnya waktu saya ke sawah untuk melihat perkembangan tanaman saya amati, nikmati keindahannya, nuansa alam sekitar dan selalu kita hubungkan bahwa segala sesuatu itu adalah anugerah dari Yang Kuasa dan ada hikmah apa yang bisa kita ambil. 

Dari pengamatan itu ibarat saya bercerita kepada orang lain agar mereka turut merasakan keindahan seperti yang kita lihat dengan menuangkan dalam bentuk tulisan. Saya memulai menulis dengan menerapkan jurus "ambil satu kata maka kata itu akan memanggil teman-temannya". 
Dr. Ngainun Naim dalam bukunya yang berjudul

Kunci menulis yang keempat Yaitu Ngemil atau mencicil disini bisa diumpamakan kita megkonsumsi suatu makanan yang dikosumsi sedikit demi sedikit dan bertahap dan perlu perjuangan.

Menulis adalah dunia proses, tahap demi tahap harus dilalui dengan sering berlatih menulis untuk mentrampilkan diri ,Dr. Ngainun Naim juga menuturkan dalam karya beliau bahwa, " tidak ada seorang penulis pun yang begitu belajar langsung memiliki tulisan yang baik dan bermutu, semua penulis melalui tahap demi tahap sampai akirnya terkenal. Menjadi penulis itu membutuhkan proses perjuangan dan tidak ada orang yang menjadi penulis secara instan".

Kunci kelima menulis itu sesuatu yang dipraktekkan bukan sekedar konsep yang masih dalam angan-angan. Menulis itu perlu untuk ditrampilkan,  semakin sering menulis maka ibarat sang pilot yang perlu metrampilkan diri dengan jam terbangya, demikian juga dengan penulis. 

Penulis yang baik membutuhkan proses, perlu kesabaran, dan ketekunan untuk menghasilkan tulisan.Kesabaran ini berkaitan dengan bagaimana bertahan dari segala godaan agar tulisan bisa selesai. Sedang ketekunan berkaitan dengan bagaimana terus menerus sampai selesai. Sikap semacam inilah yang juga dibutuhkan agar seseorang mampu menjadi penulis berkualitas. 

Kunci menulis keenam menikmati proses menulis. Untuk bisa menikmati proses menulis memang perlu waktu,  yang terpenting menurut saya, bisa  kita mulai dengan menulis apa yang kita alami, kuasai dan kita geluti sesuai bidang kita,  maka kitapun akan merasakan kemudahan dan kelancaran menuangkan rangkaian kata dan bisa menimbulkan kepuasaan tersendiri setelah be proses dan menyelesaikan tulisan,  selain itu dengan menulis apa yang kita bidangi akan memunculkan rada percaya diri dalam menulis. 

Kita lebih mengutamakan siap untuk menjadi baik dengan menerima masukan dan kritikan dari tulisan kita. Adanya suatu kritikan dan masukan membuktikan tulisan kita paling tidak sudah dibaca orang lain. Dan harga tak ternilai dari penulis manakala dia sampai pada tahap penyelesaian tulisan. Seperyi orang puasa sampai pada waktu berbuka. 

Disiplin merupakan kunci ketujuh. Dalam bidang apapun kedisiplinan memegang peranan penting. Atau bisa dikatakan keistiqomahan akan membawa kepada suatu keberkahan. Demikian pula dalam dunia menulis kedisiplinan punya peran penting,  untuk menjaga eksistensi dan mentrampilkan diri dalam bentuk karya tulis. 

Dan kunci Menulis yang ke delapan adalah jangan mudah menyerah. Bagi seorang yang ingin menjadi penulis maka harus berusaha mewujudkan keinginannya dengan wujud tulisan,  bukan sekedar sebatas pada keinginan sehingga jadinya hanya sebagai calon penulis. 

Kunci penting menulis itu salah satunya adalah tidak mudah menyerah. Penulis yang berhasil semuanya memiliki mentalitas tahan banting. Berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. 

Diantara persoalan yang dihadapi seorang yang memiliki keinginan menulis menurut Dr Ngainun Naim diantaranya: 
pertama ingin menulis tetapu tidak tau bagaimana memulainya. kedua sudah mulai menulis tapi terhenti selah buntu dan kehabisan bahan. Ketiga sebenarnya bisa menulis dan mampu menghasilkan karya tulis yang bagus tetapi tidak memiliki semangat yang stabil. Keempat putus asa iarena merasa karyanya tidak dihargai. 

Adapun kuci sukses menulis menurut  pendapat dari Prof. Dr. Kunto wijoyo yang juga disampaikan oleh bapak  Ngaiun Naim kunci sukses menulis ada 6  yang disebut denga istlah 6 M. 
M pertama : Menulis
M Kedua      : Menulis
M ketiga.     : Menulis
M keempat  : Menulis
M kelima.     : Menulis
M keenam.   : Menulis

Intinya tugas seorang penulis adalah MENULIS. 

Dan tak kalah penting dari kunci -kunci sukses sebagai seorang penulis adalah belajar dari para tokoh penulis dengan membaca karyanya,  paling tidak kita bisa mengambil alur, gaya bahasa dan irama dalam menulis. 
Dan untuk mengawali belajar menulis kalau saya sering membaca tulisan Dr. Ngainun Naim baik di Fb beliau, Ngaji literasi beliau ataupun beberapa buku karya beliau,  yang menurut saya dengan bahasa yang ringan mengalir dan sangat mudah kita fahami dn menurut saya cukup memberikan energi dan spirit lierai, dan dengan bahasa sentilan khas  beliau yang cukup membidik untuk berproses dalam menulis. Diantara buku rujukan saya dalam belajar menulis karya beliai bapak Dr. Ngainun Naim. 

Saya tetap ingat kalimat cekak aos beliau,
kapan mulai menulis, Nunggu apa lagi? 

Ini adalah salah salah satu buku karya beliau yang berjudul PROSES KREATIF PENULISAN AKADEMIK hadiah dari beliau  yang saya terima diacara seminar PERGUNU Tulungagung. 

Selain dari kaya bapak Ngainun Naim, karya yang yang pernah saya baca buku GANTI HATI karya Bapak Dahlan Iskan yang menceritakan kisah perjuangan dan serangkaian prosesi operasi ganti hati beliau ,yang  irama dan penuturan runtun dan seolah membawa kita pada situasi dan kondisi seperti yang digambarkan pada tulisannya.
 Buku ganti hati lumayan tebal seolah terhipnotis dengan alur dan jalan ceritanya kita yang membaca sangat terbawa ke dalamnya dan seolah tidak mau terlewatkan dari setiap kalimatnya. Dan dari tulisan beliau berdua menurut saya ada kemiripan irama dan alur menulis yang sangat mudah difahami dan cukup menggiring kita seperti yang digambarkan pada buku. 
Semoga grup Gubuk Literasi PERGUNU  Tulungagung dan grup MENULIS LP MAARIF Tulungagung yang beliau bimbing mampu menumbuhkan para penulis baru.Trimakasih bapak teriring doa Jazakumulloh Ahsanal Jazaa.

Saya tetap ingat kalimat cekak aos beliau,
kapan mulai menulis, Nunggu apa lagi? 
Trimakasih bapak atas buku dan bimbingannya semoga menjadi amal jariyah jenengn. Amiin.    

KOMSIYAH S, M. pd. I
MI Mafatihul Ulum Balesono. 

Trenceng, 23 Nop 2020









2 komentar: