Sabtu, 21 November 2020

KATA-KATA KUNCI DARI SANG GURU

 Foto: lorong teras MAN 2 TA yang dulunya PGAN dengan nuansa bersih dan warna cat yang tetap ama. 

Berawal dari foto jeprat jepretku tentang tempat-tempat legendaris di lokasi MAN 2 yang dulunya PGAN Tulungagung tempatku sekolah  yang ku kirimkan ke grup PGA , ternyata menggugah suatu kenangan - kenangan unik bagi teman temanku. 

Grup WA yang biasanya sepi menjadi ramai,  yang biasanya jarang muncul jadi ikut bisa ketawa bersama,  dari yang jarang berkomentar jadi punya cerita dan ternyata unik-unik dan cukup bisa menghibur bahkan yang semula disembunyikan menjadi bahan cerita. 

Berawal dari situ maka saya akan coba belajar menuangkannya dalam sebuah catatan sederhana untuk melawan lupa dan menjadi suatu hiburan mengenang masa muda dengan bingkai " MENGENANG MASA ABU ABU PUTIH DI BANGKU PGA".

Kuawali dengan judul 
    "KATA KATA KUNCI DARI SANG GURU"  

Tentang judul ini kupilih jadi bab pertama karena dari kejadian ini sebenarnya ada suatu kejadian yang bisa saya ingat dan bisa dikatakan isyaroh tentang perjalanan hidup saya. 

Saya dulu waktu masih kelas 3 MI islamiyah Pandansari oleh guru saya yang bernama ibu Muslimah pernah ditanya dengan nada lembut dan keibuan , "Apa cita-cita mu nak? ". Dengan spontan saya menjawab, " ingin menjadi guru seperti Ibu". Beliaupun menjawab dengan doa "suatu cita-cita cita mulia semoga Alloh mengabulkan cita-citamu. 

Jawaban yang spontan itu karena saya sangat mengagumi guru , sehingga memunculkan inspirasi ingin menjadi seperti tokoh idola saya, sang guru. 

Pada saat saya kelas 3 MTsN Tunggangri dan rekreasi ke Borobudur semua teman saya bersukaria, tapi tidak dengan saya, karena saat itu bapak saya menjalani operasi tulang lutut yang keropos  karena efek mengkonsumsi obat pegal linu yang terus terusan sehingga sel dilutut harus dioperasi, yang akirnya lutut ayah saya tidak bisa lagi dilipat.

 Dan operasi bagi kami sangatlah berat untuk pembiayaannya ,semula ayah saya menolak,  tapi karena sudah tidak bisa pagi untuk berjalan maka diputuskan untuk operasi dengan menjual tanah. 

Mungkin karena menangkap ekspresi saya, Bapak Toyib Hadi Wijaya wali kelas saya dan Bapak Sumarji guru bahasa Indonesia, mendekati saya dan menanyakan, Apakah ada masalah dengan saya? coba ceritakan,  siapa tau bapak bisa membantu".

Saya bercerita tentang kondisi ayah saya dan dampaknya mungkin saya tidak bisa melanjutkan sekolah ,kemarin saja waktu pendaftaran peserta EBTANAS yang menguji 3 Mapel bahasa Indonesia, Matematika dan IPA saya tidak ikut daftar karena kendala  harus membayar 15.000 .

Rekreasi saat itu belum ujian, dari P. Toyib menasihati saya,  jangan menyerah karena keadaan, yang terpenting kau harus bersungguh sungguh dalam berusaha dan berdoa selebihnya bertawakkallah kepada Alloh atas penataan Nya. Kita tidak tau Apa yang direncanakan Nya semoga ada hikmah yang lebih besar. 

Sedang dari Bapak Sumarji,  beliau menasihati saya ,"Tidak bisa ikut EBTANAS bukan berarti akir dari perjuangan .Dan EBTANAS bukan ujian wajib tapi ada ujian wajib bagi siswa madrasah yang harus diikuti yaitu UAM (Ujian Akhir Madrasah)  yang saat itu dari UAM ini justru ada NEM  yang bisa digunakan untuk daftar kesemua sekolah. Fokuslah untuk mempersiapkan UAM ini. jangan kau tenggelamkan semangatmu gara - gara tidak bisa ikut EBTANAS. Jangan menyerah, ingatlah " ADA KEMAUAN ADA JALAN. "

Bapak Sumarji juga bertanya aoa cita cita saya, sayapun tetap ingat saat pertama ditanya tentang cita-cita cita dan jawabnya tetap sama," ingin menjadi guru pak". Kalau begitu setelah MTS harus melanjutkan ke PGA. 

Bagi saya masih awam tentang PGA, Maka pak Sumarji menjelaskan bahwa PGA itu singkatan dari pendidikan Guru Agama yang merupakan suatu sekolah setingkat SLTA tapi kejuruan untuk bisa menjadi guru ,dan beliau juga menyampaikan kalau mau daftar di PGA harus siap bersaing karena peminatnya biasanya sangat banyak dan untuk tahun ini informasinya harus menggunakan NEM suatu hasil nilai murni dari UAM. Karena itu fokuslah pada persiapan UAM. 

Setelah mendapat nasehat dari bapak Toyib dan bapak Sumarji bagai energi baru yang melejitkan semangat saya untuk tidak menyerah karena suatu hambatan, tapi justru jadikan tantangan.  Siap kalah karena menyerah atau menang karena sudah memaksimalkan usaha. 

Ibarat diberi kata-kata kunci maka pesan dari guru saya itu adalah yang tetap saya ingat dalam perjalanan hidup saya. pertama : Ada Kemauan ada Jalan, Maksimalkan usaha dan doa selebihnya bertawakkallah kepada Alloh  apapun hasilnya setelah itu pasti ada hikmahnya . Jangan menyerah karena keadaan tapi hadapilah sebagai tatangan. Besar kecilnya masalah bukan karena sebabnya masalah tapi justru terletak pada bagaimana kita menyikapi masalah itu. 

Trimakasih bapak atas nasehat dan bimbinga jenengan sehinga akirnya Alloh menuntun dan memudahkan urusan dan mengabulkan cita cita . Diawali dengan nilai UAM saya yang masuk 2 besar di MTs dan akirnya bisa diterima sebagai siswa di  PGAN Tulungagung yang saya idamkan,  yang saat itu benar-benar dengan persaigan ketat dengan danem dan tes lain termasuk pengukuran tinggi dan berat badan.

 Dan bahkan dari ijazah PGA inilah akirya saya benar benar jadi guru dengan penempatan pertama di MI islamiyah Pandansari ,sebuah MI almamater saya dan tempat pegabdian saya selepas PGA. Karena itu seragam abu abu putih dan PGAN punya makna besar dalam perjalanan hidup saya, walau saat pendaftaran CPNS saya memiliki ijazah D-2 karena ada program kuliah gratis bagi guru sukuan di madrasah. 

Dan saya lebih bersyukur walau dengan perjalanan panjang akirnya saya bisa berkesempatan menyelesaikan kuliah S-2 sebagai mahasiswi angkatan perdana di STAI diponegoro Tulungagung. 

Trimakasih bapak ibukkujuga para guruku,  teriring doa jaakumulloh ahsanal jazaa. 

Trenceng 21 Nop 2020









3 komentar:

  1. Saatnya meneruskan inspirasi dari guru kita, pada anak didik kita...

    BalasHapus
  2. Betul,, smoga kita bisa dikenang murid kita karena dapat inspirasi bukan karena sakut hatinya.

    BalasHapus