Kamis, 16 Desember 2021

JENG PUR......DAN KELUARGA BISCUIT

JENG PUR ...DAN KELUARGA BISCUIT


dok.alumni PGAN TA 92  di ndalem b.Umi Habibah des 2021. Jeng Purwati, kang slamet harianto, mbak umi chabibah, mbak nurul hidayati , istrinya kang daroji,kang suhuddin, kang suhudin, kang daroji, mas Kobir suamiku, mbak Nur khoiriyah, aku dan putri kecilku salma kls 2.
Istilah keluarga biscuit ini dilontarkan oleh kang H.Kamil Watulimo Trenggalek dalam komentar unggahan foto mruyuk  kita teman teman abu- abu putih alumni PGAN Tulungagung 92 .

Foto itu saat kita kumpul tak terencana di rumah mbak Umi Chabibah , sudah sangat lama kita tidak ketemu terutama dengan mbak Umi dan kluarga karena beliau tugasnya berpindah pindah antar pulau dan antar provinsi dan sekarang sudah menetap di Tulungagung ,tepatnya di sbelah timur kantor kecamatan Sumbergempol.

Reuni kita yang biasanya dilaksanakan setiap tahun ini sudah absen dua tahun karena adanya wabah pandemi covid 19 yang di negara kita mulai maret 2019 dan sampai saat ini di penghujung tahun 2021 belum spenuhnya tuntas dan aman.

Maka begitu kita ada kesempatan ketemu kali ini yang tiba-tiba saat takziah ke salah satu suami teman, kita tidak menyia-nyiakan kesepatan berkumpul.

Saya takziah hari selasa bersama mbak Eni, mbak sriani, mbak Zahrotul Muslihah serta suami dan putri kecilku si Salma yang masih kelas dua MI.

Saya dikabari kang Daroji kalau mau takziah bersama kang Suhuddin, mbak Purwati, kang Slamet juga mbak Nurul Hidayati dan bu Umi Chabibah.

Saya berpesan kepada kang Daroji bila sudah sampai Tulungagung kita agendakan harus bisa ketemu. 

Sementara rombongan yang lain Kang Samsul huda ,mbak Masfiah dan mbak Halim juga dalam hari yang sama.

Waktu takziah di rumah bu Tatik tidak bersamaan tapi kita bisa nyambung lewat media grup.seolah bisa kumpul.

Sbagaimana pesan saya ke rombongan kang Daroji yang dari Munjungan , maka begitu pulang dari bu Tatik kita memutuskan untuk ketemu di ndalemnya mbak Umi Chabibah yang baru beberapa bulan pulang kampung, dan ini merupakan silaturrohim yang pertama di rumah baru.

Skitar jam 17.00 mbak Umi Chabibah mengabari bahwa rombongan teman- teman Munjungan yang barusaja dari Blitar sudah nyampai dirumahnya, maka kami sekeluarga bersiap meluncur kesana, dan pas adzan magrib kita sampai.

Hal yang biasa kususnya para emak-emak kalau ketemu heboh, terlebih sudah lama tidak ketemu. Kehebohan kita ditunda untuk jamaah solat magrib.

Stelah solat magrib kita kumpul di meja makan sambil berbincang dengan heboh.
Jeng Purwati yang sangat lucu berkelakar, " Aku muarem bisa ketemu konco-konco ,seolah umurku jik belasan sragame abu abu putiih ,jadi ditanya kabar tentang cucu aku kok  tengak tengok ndak nyambung lali lek wis do tuwek"

Tsk ayal dari pembukaan kelakar jeng pur itu seolah menjadi pintu pembuka kenangan jaman sragam abu-abu. Dulu itu jaman PGA kita untuk sragam perempuan memakai jilbabnya masih waktu seragam abu abu putih di hari senin selasa. Selebihnya masih tanpa jilbab dan bai siswi putri masih dengan rok dibawah lutut.

Kang Slamet menimpali  kelakar jeng Purwati dengan mengatakan, " lah jeng Pur ki wis dadi mbah barang kok dak kroso, memang baru punya cucu umur 6 bulan . Jeng pur langsung menjawab," Ancen aku  ki lek wis kumpul konco ngene iki rumasaku jik umur 17 tahun  gae sragam ,gek aku biyen yo duablek"

Seolah ada yang jadi pemandu sorak, kita ketawa bareng, seru saget ngakak bareng.ya ini senine reuni, lali hutang, salah satu komentar teman.

Saya menanggapi yang disampaikan jeng Pur " La iya jeng Pur itu dulu waktu liburan dan mudik ke Munjungan pasti nambah waktu satu minggu. Tutup seminggu jadi dua minggu, tutup libur panjang satu bulan ya ditambah satu minggu.

Kalau ditanya gurunya kenapa kok baru masuk? Jeng Pur bisa menjawab ringan dengan jawaban diplomatis, ya ciba bapak ke Munjungan nanti kalau sudah tau jalannya pasti mau kembali itu menjadi berat.Maka bagi guru yag belum pernah kesana pasti menganggukkan kepala dan berkata ya sudahlah.

Jeng Pur itu orangnya asyik, nyantai, lucu, setia kawan, open sdulur dan serba bisa terutama bidang seni suara, mulai nyanyi lagu dangdut, keroncong, campursari bahkan juga bisa sebagai sinden.

Membicarakan tentang sinden jadi ingat dengan alnarhum bapak Takyin ,guru kita waktu PGA dan waktu reuni PGA kelas kiita yang pertama di rumah kang Huda Tanjung Kalidawir, istri beliau yang saat itu juga rawuh dan kebetulan beliau sebagai dalang perempuan.Mengetahui keahlian Jeng Purbisa nyinden dan campursari tampaknya juga ada petung .

Dan beberapa tahun lalu kita juga pernah kerumah jeng pur saat beliau ada hajatan, dan Alhamdulillah kita kompak dan pos kita di pasar kampak,Adapun untuk ke munjungan kita sudah dipersiapkan kendaraan dari sana  

Ada Yang unik untuk membedakan tempat penitipan kendaraan di Kampak dan tempat lain.Kalau di tempat lain biasanya yang ditempatkan sepeda motor dan sepeda pancal atau orang ponorogo menyebutnya pit, tapi kalau di Kampak sudah membawa mobil bila ke Munjungan harus ganti mobil atau ganti sopir kusus jurusan Munjungan.

Disela-sela gojekan kita dengan Jeng Pur eeee....pak Doto suaminya jeng Pur yang hari ini tifak ikut. Tanya posisi dimana dan pulangnya jam berapa? 

Dari tilpun itu gojekan kita semakin seru karena heng pur juga crita vawa mas Doto tidak bisa tidur bila tidak ditemani jeng Pur.

Ditengah keseruan perbincangan kita tak lupa diabadikan dengan foto bersama yang diambil oleh suaminya bu Umi Chabibah yang baru kedua kalinya ketemu kita- kita.dari foto itulah yang kemudian setelah diubggah di grup WA kita dikomentari  kang H.Kamul seperti keluarga biscuit sayange beliau dak ikit.
Itulah sekilas coretab tentang " JENG PUR DAN KELUARGA BISCUIT" .

Bak pertemuan dalam mimpi, tidak direncanakan, waktunya singkat tapi Alhamdulillah kompak dan insyaalloh silaturrohim yang berkah.

Semoga poro sdulur sedoyo tansah pinaringan rahayu wilujeng lir ing sambikolo, soho silaturrohim kito saget lestari soho penuh keberkahan, amiin

Trenceng desember 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar