Karena sudut pandang itu fokusnya juga bermacam macam maka hasil penilaian itu hasilnya juga subyektif sesuatu sisi maa penilaian itu diberikan.
Misalnya kita melihat orang yang kaya, kita mengungkapkan, "wah enak ya jadi orang kaya itu, apa apa yang diinginkan bisa dipenuhi, tapi bagi si orang kaya juga belum tentu senang dan bahagia seperti yang diungkapkan orang pertama tadi.
Si kaya juga bisa menilai orang yang dari materi tidak melimpah,dengan mengatakan," wah enak ya jadi orang biasa yang tidak banyak kesibukan ,ndak banyak urusan dan tanggungan sehingga bisa hidup damai dengan keluarganya walau dengan kesederhanaannya".
Dari dua.contoh diatas saya ingat dawuhnya bapak prof. Fatoni dalam kegiatan kuliah mebiau memberikan contoh antara orang yang pekerjaannya tukang membersihkan sampah di pasar dan seorang bupati.
Si tukang kebersihan mengungkapkan, " Enak ya menjadi bupati, setiap hari memakai baju bersih, kerja di kantoran, tinggal memberi perintah, hidup mewah dan sebagainya.
Nah jadi soal mana yang lebih berat antara tugas Bupati dengan si tukang kebersihan? Dari soal ini pasti bisa dijawab bermacam macam sesuai kecenderungan dan sudut pandang si penilai.
Yang berat bisa si petugas kebersihan dilihat dari fisik fisik untuk membersihkan berbagai jenis sampah dengan beraneka ragam campuran baunya.
Bisa juga yang kerjanya berat itu adalah sang bupati karena sang bupati memiliki berbagai tanggung jawab dan kewenangan untuk bisa melayani masyarakat termasuk memikirkan dari pegawai kebersihan tersebut. Maka wajar kalau gajinya bupati lebih besar dari gaji sang penjaga kebersihan karena tanggung jawabnya yang lebih luas daripada sang petugas kebersihan.
Dari beberapa contoh diatas itu bisa diambil hikmah bahwa pada dasarnya hidup kita itu juga tak lepas dari wang sinawang, kita merasa kurang dari orang lain, kita merasa hidup orang lain itu lebih mudah, lebih nyaman dan sebagainya. Itu adalah salah satu sudut pandang kita, bila kita menilai dari sudut yang berbeda tentunya memiliki hasil yang berbefa.
Pada hal kalau kita mau mensyukuri nikmat yang Alloh beri dari hasil usaha kita tanpa harus membandingkan dengan yang dimiliki orang lain, maka rasa nyaman, tenteram dan merasa cukup itu yang rasakan.
Tapi kalau selalu melihat kelebihan orang lain dan tidak puas dengan apa yang kita miliki maka kitapun jauh dari rasa syukur dan malah selalu merasa kurang, sehingga hidupnya terhatui dengan sebuah bayangan dari suatu keinginan.
Orang yang kita nilai lebih nyaman dan lebih apapun, itu mungkin juga masih memiliki rasa yang berbeda dari penilaian kita dan pastinya mereka juga memiliki keinginan sesuai sudut pandangnya.
Sehingga orang jawa sering menyebutkan, URIP IKU SAKDERMO SAWANG SINAWANG, YANG PENTING KITA ISOO NYUKURI NIKMATE PENGERAN""
Semoga kita tergolong orang yang bisa bersyukur dan mensyukuri nikmat yang tak terhingga yang telah dianugerahkan Sang Maha Kuasa. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar