Anak anak asyik dengan kegiatannya mewarna, kita para orangtua ber enam: saya, suami, adik perempuan dan suaminya, ponakan dengan suaminya duduk di ruang tamu sambil cerita-cerita yang akirnya pembicaraan kita pada cerita Abu nawas yang cerdik.
Membicarakan Abu Nawas bagi suami dan adik iparku mengingatkan pada sosok guru ngajinya masa kecil yang sangat piawai dalam menarik perhatian santrinya, sehingga keberadaan beliau sangat sangat disukai, ketidakhadiannya dituggu tunggu dan bahkan setelah beliau wafat tetap terkenang, ini merupakan ciri ciri seorang tokoh yang sangat menginspirasi.
Bapak H. Basor yang dibicarakan ini ternyata juga guru saya di MTSN tunggangri di tahun 86-89, rumahnya Bendilwungu yang kbetulan berbatasan dengan trenceng satu lingkungan dengan rumahku sekarang ,
Adik perempuan suamiku yang kupanggil dengan sebutan bulik karena mengajari anakku untuk memanggilnya bercerita , dulu masa kecilnya salah satu guru ngajinya di madrasah adalah P. Basor, bila waktu yang ngajar beliau pasti santrinya antusias, ramai yang hadir dan kelasnya kondusip.
Saya penasaran dengan kondisi ini, saya bertanya sama bulik, kenapa pak Basor menjadi guru yang ditunggu-tunggu santrinya bulik? Bulik dan suamiku menjawab hampir bersamaan, beliau pintar cerita. Ini tampaknya metode yang beliau terapkan untuk menarik siswanya, maklum masa itu di ra 80-an guru merupakan sumber informasi yang utama.
Bulik ingat cerita dari pak Basor, tentang perlombaan bercerita paling lama waktu katamnya. Begitu tau judul ceritanya para santri sangat penasaran, nah disaat santri penasaran pak basor tidak langsung melanjutan ceritanya, tapi beliau menyampaikan, "" Untuk mengetahui cerita lomba cerita kita belajar ngaji dulu biar tidak rugi"" para santri antusias mengaji, nah cerita dilanjutkan dan santripun seolah memasang telinga dan memusatkan perhatian pada dang ustadz.
Saat bulik mengatakan beliau mau melanjutkan ceritanya, saya seolah ikut di dalam kelompok santri yang mlongo ingin mendengarkan dawuh beliau, karena dalam otak saya tergambar wajah beliau dengan ciri khas warna suaranya yang khas,susunan gigi beliau, gaya beliau dalam menerangkan bahkan model baju batik dan kopyah yang sering beliau pakai saat mengajar di MtSN.
Seorang santri laki laki bertanya, Pak Basor mana kelanjutan ceritanya tadi, tampaknya si santri tidak sabar menunggu. Pak Basorpun melanjutkan ceritanya, tadi judul yang mau saya ceritakan apa ya? Si santri menjawab bersamaan, ini untuk mengetes konsentrasi anak tampaknya, ceritanya begini ya sbelumnya ikuti arah tangan saya, saat tangan saya ke atas pandangan ke atas saat tangan saya ke bawah ikut ke.... Para santri menjawab ke bawah.
Sang raja mengumumkan akan mengadakan lomba bercerita dengan hadiah yang sangat besar, dengan kriteria yang menang adalah yang paling lama waktu ceritanya. Dikasih waktu tiga hari untuk mempersiapkan diri, Rakyatpun berlomba lomba untuk menyusun ceritanya masing -masing.
Dari sekian banyaknya rakyat yang sibuk mempersiapkan cerita ada salah satunya yang sangat santai tapi siap ikut lomba dialah Si Abu Nawas, tampaknya sudah dapat inspirasi dari si semut yang sangat disiplin dan memiliki kesabaran dan kesadaran dalam budaya antri,
Stelah lomba dimulai para peserta lomba banyak yang kehabisan bahan ceritanya, dan giliran si Abu Nawas yang terkenal dengan kecerdikannya, Sang Raja bertanya, Hai Abu Nawas, mau bercerita tentang apakah kau kali ini, Abu Nawas menjanjawab ""SEMUT MELAWAN ANGIN"" dari judul ini tampaknya Sang Raja sangat penasaran, kira -kira yang menang semutnta atau anginnya ya gumam Sang Raja.
Abu Nawas mulai ceritanya, Ada rombongan semuty ang ditempatnya terjafi kebanjiran yang mau meyeberang kali, disitu tidak ada jembatannya, yang ada sebatang pohon bambu kecil yang menjuntai diatas kali ( dalam bahasa jawa mangklung diaas kali),semut itupun kebingungan apa yang harus dilakukan, padahal temannya sangat banyak,dari hasil rapat para semut diputuskan untuk menyeberangi kali dengan melewati batang bambu yang kecil itu, tapi harus mematuhi budaya antri an tidak bolih menyalip temannya,
Para santri mengikuti dengan seksama, dan pak Basor skali lagi mengingatkan alau tangan beliau keatas pandangan ke atas kalau tangan ke bawah pandangan ke bawah, tapi ini ada tambahan kalau saya bilang pluk atau ada yang jatuh maka harus diikuti bilang.... Pluk.
Siap dilanjutkan anak -anak? Sang raja dengan seksama mengikuti cerita Abu nawas, dari keputusan menyeberangi sungai yang dibawahnya ada tantangan air yang pasti juga menjadi resiko terbesar yang harus dihadapi oleh semut bila terjatuh pasti hanyut. Maka dengan menerapkan budanya kesadaran antri si semut dengan tertib mulai merayap diatas batang bambu yang diatas sungai tadi, tanpa disangka -sangka datanglah angin sumilir yang menggoyang batang bambu itu, maka ada semut yang selamat dan ada yang jatuh ke sungai, ada semut jatuh mak PLUK..., rombongan semutu tetap rapi mau menyeberang ada angin lagi... O ada semut yang jatuh... Mak PLUK.... ada semut menyeberang lagi ada angin.... ada juga yang jatuh Mak PLUK....
Sang raja tampaknya sudah jenuh mengikuti cerita abu nawas yang itu itu saja, dengan kalimat yang sama tapi waktunya sangat lama ....sambil marah sang raja bertanya hai Abu Nawas, trus ini yang menang semutnya atau anginnya?
Abu Nawas dengan tersenyum menjawab dengan bahasa yang santun, Mohon maaf baginda yang menang bukan semut atau angin tapi.... Abu nawas berhenti menjawab.
Sang Raja bertanya Siapa yag menang hai Abu Nawas, saya sudah lelah mengikuti ceritamu dan waktuku banyak yang terbuang, dengan nada tingg sang raja menyampaikan luapan emosinya... Bisa bisa kau akan aku penjara hai Abu Nawas.
Mohon maaf baginda yang menang ternyata..... (saat abu nawas berhendi untuk melanjutkan ceritanya, semua yang hadir termasuk Sang Raja menyimak dengan seksama rermasuk Sang raja) sambil menarik nadas panjang Abu Nawas mengulangi kalimatnya "" YANG MENANG ADALAH.... SAYA ""
Sang Raja terkaget sambil berdiri ...kok bisa yang menang kamu, tadi ceritanya kan SEMUT MELAWAN ANGIN"" la yang menang kok kamu?
Abu nawas menjawab dengan menundukkan kepala dengan nada yang rendah, mohon maaf baginda, yang ikut lomba bercerita adalah saya dan dalam pengumuman disampaikan pemenangnya adalah bagi yang bisa bercerita paling lama, dan ini berarti saya yang jadi pemenangnya karena cerita saya belum habis, masih banyak semut yang mau menyeberang, tapi baginda sudah menghentikan cerita saya, berarti sayayang ya Baginda.
Mendengar penjelasan Abu Nawas Sang Raja terduduk sambil menepuk dahinya,... Berhenti sejenak Sang Raja,bergumam dan berkata, o iya ya, saya kok lupa... Ini lomba cerita paling lama waktunya, ...cerdik juga si Abu Nawas. Saya menunggu ending cerita yang menang itu tokoh dalam cerita tapi si Abu nawas konsisten dengan aturan pemenangnya adalah yang bisa bercerita terlama. Maka tidak bisa dipungkiri bahwa Abu Nawas adalah pemenang dalam lomba ini, karena peserta yang lain sudah kehabisan bahan sejak awal.
Seolah membuyarkan lamunan yang terbawa dalam cerita pak Basor mengajak para santri untuk menyampaikan kesimpulan kenapa abu bakar menang ? Para santri dengan bahasanya masing-mengungkapkan pendapatnya,
Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa : 1) Pak Basor adalah guru inspiratif dan kreatif. yang keberadaannya disukai, ketudakhadirannya diriindukan dan dan setelah wafat tetap terkenang.
2) dari Abu Nawas adalah tokoh yang ulet dan tidak mudah menyerah.banyak akal tapi tetao santun. 3) dari semut yang perlu ditiru, disiplin, sabar antri dan rasa gotongroyongnya yang tinggi.
Trimakasih ,masih ada cerita abu nawas yang lain,
Sangat menarik Buk.. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil. . Suwun. . .
BalasHapusDongeng memiliki banyak nilai positif edukatif
BalasHapusPak Basor guruku juga...
BalasHapusLahul faatihah....
Kita memang tunggal guru. Untuk almarhum lahul faatihah
HapusWaooow.. .. Apik mbak . ..
BalasHapusAlfatihah buat Psk Bosor, guruku jg sahabat Masku.