Untuk menuju pada suatu tujuan harus melewati proses perjalanan, yang kadang kala dalam berproses ini kita dihadapkan pada rasa takut, khawatir, menegangkan dan sebagainya.
Namun bila dari proses itu bisa kita nikmati dengan senang maka waktu kita sampai tujuan rasa nikmat dan senang itu melebihi dari perjuangan dan menghapus kesusahan perjalanan yang barusan kita hadapi dalam proses.seperti perjalanan hari ini.
Alhamdulillah hari ini Rabu 25-9-24, Saya mendapatkan kesempatan untuk silaturrahim dateng mbok e.Mbok e yang saya maksud adalah mbok hj. Kanah.
Beliau sekamar waktu di hotel Bilal Makkah.Saya panggil mbok e bagi saya adalah sebutan orang tua dan saya anggap seperti ibuk saya. Sebutan Mbok e buat saya ada makna konotasi yang melibatkan perasaan kedekatan.
Selama kenal dan bersama dengan beliau saya dapatkan pelajaran . Beliau orang yang pekerja keras dan semangat tinggi.Dari latar belakang beliau sebagai pedagang dengan berbagai pengalamannya, beliau termasuk orang yang ulet dan tidak mudah menyerah.
Terbukti kemarin waktu umroh Sunnah beliau tetap berjuang untuk bisa melaksanakan dengan semangat ,walaupun beliau untuk berjalan agak terkendala.
Suami mbok Kanah bernama Mbah H.Said yang hajinnya juga bersamaan di tahun 2024 ini. Mbah H.Sait yang menurut cerita dari mbok Kanah pernah mengalami kecelakaan sehingga beliau untuk berjalan harus menggunakan dua tongkat .
Dari kedua sosok inspiratif ini, saya salut sekali.Juga saya kenal putra putra beliau diantaranya mas Heri dan mas Hasyim yang kebetulan juga sering ngobrol waktu mengantar orang tuanya manasik haji dan waktu bersamaan mengurus paspor ke Blitar.
Dari sini saya temukan bahwa keluarga putra putri mbok Kanah ini sangat kompak dan sangat menjunjung tinggi orang tuanya dan saya juga melihat keuletan dan kerja kerasnya juga dimiliki putra putri mbok Kanah.
Saya juga melihat dan mendengar kekompakan dan usaha keras putra putrinya dalam rangka proses menggapai istitoah kesehatan sekaligus melengkapi pembekalan termasuk kursi roda untuk Mbah kung /Mbah Said.
Dan hari ini saya berkesempatan untuk bisa bersilaturrohmi dan benar benar harus melalui proses perjalanan sangat menantang.dan saya katakan ngeri ngeri menegangkan.
Dari pasar Joho kita belok kiri sampai nanti kita melewati jalan berkelak dan ada jalan yang cukup menantang yang disebut Bokong Semar ,ini memang agak ekstrim melingkar trus menanjak seperti gambar Semar yang tangannya menunjuk ke atas.
Stelah melewati Bokong Semar kita menemui danau Ngambal yang saat ini kering, Dulu pernah dibuka jadi destinasi wisata ,tapi sekarang sudah Ndak terurus.
Sepanjang jalan saya saya berbincang dengan suami dan anak saya tentang kondisi alam yang kering dengan hutan jati yang lagi meranggas.
Setelah itu kita bersiap melewati Medan yang benar benar menguji nyali dengan bentuk kelokan yang saya umpamakan seperti lipatan baju, atau istilah dari teman saya saat ke munjungan seperti lipatan ketiak.
Jalan yang ekstrim ini disebut KETIR KETIR yang memang membuat orang yang lewat ketir ketir beneran. Turunan yang tajam ,jalan sempit dan pinggir langsung jurang yang dalam.belokan melipat trus naik tajam.
Belokan tajam yang bikin ketir ketir ini tidak cuma sekali. Dengan jalan yang dicor kasar dengan dua sisi yang bisa dilewati, yang otomatis kita harus melewati sesuai jalur yang sempit,dan tidak bisa menyalip.bahkan mbobil katanya tidak boleh melewati ini.
Dengan rasa takung,tegang saya pejamkan mata dan seolah menahan nafas.setelah bertanya pada orang kita ditunjukkan arah arah rumahnya.Dan Alhamdulillah dengan bantuan bener jamaah haji yang ada foto Mbah H.Kanah dan Mbah Sait anakku menunjukkanrumah yang kita tuju.
Rasa lega dan seolah bisa bernafas dengan lega kita ucapkan syukur Alhamdulillah bisa bersilaturrohim kesini.selain itu rasa gumun saya dengan Medan yang seperti ini beliau juga aktif waktu manasik, makanya waktu umroh beliau tetap semangat, karena sudah terbiasa dengan tantangan Medan di rumah.
Begitu saya turun dari sepeda ,e ternyata rumah tutupan.wih saya ingin membuat kejutan sama Mbah Kanah dan Mbah Sait, ternyata ku terkejut sendiri.
Alhamdulillah ada dua orang yang datang saya diberitau rumah anak Mbah Kanah yang tepat disamping rumah Mbah Kanah.ternyata menantunya juga tidak tau Mbah putri kemana, dan Mbah Sait masih di ladang.
Saya dipersilahkan masuk dan setelah 10 menitan, Alhamdulillah saya dengar suara Mbah Kanah yang ternyata ,sejak pagi beliau dijemput adiknya Pak H.Suwandi untuk Takziah ke Wajak Lor.
Betapa senangnya saya jadi bisa bertemu dengan Mbah Hj Kanah dan pak H.Suwandi yang merupakan kakak adik jamaah haji 2024.
Bah Kanah dan pak H.Suwandi ya kaget saya benar benar sampai sini.yang memang sejak di Makkah beliau pesan untuk bisa kerumahnya dan sayapun sudah sudah berkeinginan untuk silaturrohim dengan beliau.
Dalam perbincangan ini pak haji Suwandi bercerita, "Niki wau nembe takziah dan lansung wasul, blas mboten mampir, la yu Kanah Kulo tari" yu aku duwe duwit Yo mampir warung sir opo , sate opo soto opo bakso? Katanya Mbah Kanah menjawab, " Aku Ndak sir opo opo langsung bali wae, la lek duwit aku Yo duwe."
Mbok Kanah memeluk ku dengan erat dan juga saya sampaikan salam dari ibuk saya karena mbok Kanah ini yang biasanya berbincang bincang dengan ibuk saya.Sungguh orang tua yang disambang itu senang sekali, seolah menggugah kebersamaan dan saya merasa Alloh telah memberi kluarga baru, sebisa mungkin silaturrohim harus tetap disambung.
Saya tetap ingat pesan almarhum bapak saya, sambunglah silaturrohim karena banyak hikmahnya diantaranya saudara kita akan bertambah.banyak saudara maka akan banyak pula kemudahan.Saudara bukan hanya karena hubungan darah tapi juga karena sambungnya silaturrohim walaupun itu dari orang lain ,itu akan jadi saudara baru kita.
Saya luapkan bagaimana ketengangan saya untuk melewati jalan yang benar benar bikin ketir ketir sesuai dengan namanya , saya umpamakan seperti jalan ke Munjungan Trenggalek walau bedanya ketir ketir ini jaraknya tidak begitu jauh tapi ngerinya sama, bedanya kalau munjungan jalannya lebar.
Seandainya saya berani untuk tidak berpegangan pastinya saya rekam perjalanan ini. Setelah bertemu dengan Mbah Kanah Mbah Saiit dan juga putra beliau mas Heri dan istrinya mas Hasim maka rasa ketegangan saat perjalanan seolah hilang terbayar dengan rasa senang.
Dan yang bikin lucu saat cerita ternyata arah yang saya tunjuk keliru, e ternyata saya,suami dan anak saya bingung yang arahnya tidak sama.
Setelah beberapa saat kamipun pamitan dan AS lhamdulillah bah Sait pulang dari Tegal, walaupun berjalan dengan dua tongkat beliau bisa membawa sak yang fisunghi di kepala tanpa dipegang dan melewati Medan naik turun. beliau tetap ke Tegal, karena bila tidak kerja, badannya malah tidak tidak enak.
Setelah beberapa saat kita pamitan dan melewati Jan yang ketir ketir itu lagi.dan setelah melewati telaga kita belok ke kanan mampir ke pak H.Suwandi, Alhamdulillah saya tidak bingung lagi.
Nikmat mana lagi yang kurang, yang tidak kita syukuri, Saya berdomisili di Tempak yang datar,akses transportasi mudah dan sebagainya.Trimakasih ya Alloh atas segala anugerah kepada kluarga kamu,semoga silaturrohim ini penuh berkah dan benar benar menyambung kekeluargaan kami. Amiin
Catatan perjalanan
Trenceng akir September 2024.