Saat adik saya Martapura meikahkan putrinya nanda Nelly hidayati, saya dan keluarga,juga bulik kusus dan suami serta bulik Jariah dari desa Nailan Ponorogo berangkat ke Martapura dua har sebelum acara acara walimatul urs.
Saya yang waktu itu dengan penerbangan jam 07.00 WIB sampai di bandara Syamsudn Nur juga maih pagi dengan waktu penerbangan sikitar 1 jam, dan perjalanan dari Bandara sampek rumah skitar 30 ment.
Sesampai di sana saya heran dan tampak seperti orang bingung, la acara walimahan besuk pagi, kok masih sepi , tenda belum ada alat masak dan para tuang rewang atau orang yang membantu acara hajatan kok belum ada. Dan jajananpun juga belum siap.
Kalau di desa saya pasti sudah sibuk beberapa hari sebeumnya, dari acara sambatan jenang yang merupakan jenis makanan yang kayaknya pasti ada disetiap orag yang punya hajatan, yang prosesnya dengan diaduk di aduk di wajan besar yang disebut kawah dan prosesnya lumayan lama skitar 9 jam.
Kembali ke acara Mantenan di Martapursa .Saya bertanya ke ibu mertua dan saudara saudara, " lo acaraya sudah tinggal satu hari kok masih sepi belum ada persiapan seperti di Jawa ya?
Dari pertanyaan itu maka mertua saya dan juga para saudara yang berkumpul laksana rapat dan melepas kerinduan yang sudah lama tidak bertemu itu menginfornasikan budaya di sana.
Ibuk menjelaskan kalau disini acara hajatan manten biasanya walimahannya di fihak penganten perempuan.dan waktu pelaksanaannya tidak seperti di Jawa degan pemilihan hari tanggal dan pasaran tertentu, disni terutama pas hari libur atau hari ahad.
Dan proses atur atur utuk orang rewang atau yang membatu juga tidak perlu mendatangi per rumah tapi cukup ke ketua jamaah tahlil yang anggotanya cukup banyak.
Dari ketua Jamiah inilah yang mengkondisikan semuanya laksana EO.
Mulai megabari kepada para warga kalau yang namanya bapak atau ibu fulan akan memiliki hajatan pada hari ini, dan sudah terorganisir semuaya kepanitiaan dan tugasnya.
Bahkan disini yang punya hajat tidak usah repot-repot menyiapkan alat masak atau petangkat yang lain. Karena orang yang rewang akan membawa alat dari rumahnya masing -masing y ang nantiya juga akan dibawa pulang sendiri sendiri.
Saya semakin tertarik menggali informasi dan penasaran. E teryata benar stelah waktu agak siang para ibu ibu berdatangan dengan membawa alatnya masing -masing.Dan mulailah para ibu memasak baik jajanan maupun persiapan makanan yang beraneka ragam.
Stelah solat dhuhur para aggota jamaah laki laki beraangan untuk mendirka tenda dan mengatur posisi. Pars ibu sibuk dengan prises masak memasak dengan beraneka ragam menu makanan dan jajanan khas untuk acara walimahan besuk pagi, Seangkan saya sibuk untuk mengamati dan mengali informasi sambil ikut ikutan membantu ala kadarnya.
Tampaknya para ibu juga mengerti aoa yang saya perlukan, mereka banyak memberikan penjelasan baik nama makanan khas, nama dan bahan serta proses pembuatannya.
Sungguh saya sangat kagum atas kekompakan warganya, ternyata kekompakan itu tidak terlepas dari pera dan eksistensi sebuah jamiah tahlil.
Dari para saudara laki laki dan orang yang rewang saya diberi informasi bahwa ,jamiah yasin disiini anggotanya cukup banyak, dan sudah memiliki infentaris untuk alat alat pesta mulai tenda, eja kursi, soud sistem, aoat masak dan lengkap dengan personilnya.
Semua petugas sudah terbentuk, mulai penata sarprasnya, terima tamu, orang yang menanak nasi ,bahkan sampai yang mencuci piringpun sudah ada personilnya.
Saya benar benar tertarik,betapa kompaknya mereka. Bahkan tak luput dari pengamatan saya adalah alat alat masak atau perlengkapan yang lain.penanak nasinya dua orang laki laki dengan alat yang cukup besar.
Dan yang mencuri perhatian saya adalah sekelompk bapak bapak yang tugasnya di bagian pencuci piring , kira kura ada enam orang skaligus. Ada kompor dengan wajan besar ,ada semacam alat yag dirancag dari besi berbentuk lingkaran dan ada gagangan seperti timba atau alat mencimplung yang fungsinya untuk wadah piring yang sudah disikat dari sisa makanan dan disabun.
Stelah disabun lalu piring itu dimasukkan wadah seperti alat cimlugan dan dimasukkan ke air mendidih yang kemudian dimasukan ke air dingin dan begitu diturunkan langsung di atasi oleh bapak baak bagian pengelap dengan kain dan siap digunakan lagi.
Waktu itu malam minggu ,bapak bapak sibuk persiapan lokasi, ibu ibu siap dengan persiapan masakan, karena besuk pagi katanya jam 7 tamunya sudah datang.
Malam itu sembari mau tidur saya masih penasaran tentang cara besuk yang katanya tamuya jam 7 sampai jam 12.00.
Waktu subuh para ibu dan panitia sudah sibuk menata masakannya. Para penerima tu suda menata posisinya, bagian pengatur alur dan tempat duduk tamu juga bersiap di depan tenda,
Benar adanya mulai jam 7 pagi semua persiapan makanan dengan model prasmanan sudah tertata rapi,jajananpun sudah tertata di meja meja yang dikelilingi kursi.
Bak pencari berita saya mengamati sambil mendokumentasikan acara dan pernak perniknya, bahkan saya bertanya kepada bapak, ibu, saudara dan siapa saja yang perlu untuk saya tanya. Baik nama masakannya, bahannya atau apa yang khas untuk acara hajatan di sana.
Benar saja jam tujuh lebih sedikit sudah berdatangan tamunya dan langsung ramai,karena mereka menghadiri acara bersama seluruh anggota keluarganya.jadi umpama keluarga itu memiliki tiga anak maka dalam walinahan itu yang datang bersama orang tuaj adi lima orang,
Begitu tamu datang disambut penerima tamu trus diarahkan ke meja prasmanan, lalu duduk dikursi dan meja yang sudah ditata aneka jajanan, Setelah itu naik ke panggung bersalaman dengan tuan rumah dan pengantin dan terakir memasukkan amplop yang kebanyakan tidak diberi nama dan dalam satu keluarga cuma memasukkan satu amplop.Itupun juga ada yang amplopnya tidak ada isinya.
Dan benar saja mulai pagi tamunya ramai sekali karena jam dua belas acara selesai.dan skitar jam empat belas tenda dan alat alat pestanya sudah diturunkan oleh anggota jamaah, para ibu- ibu juga pulang dengan perangkat alat masak yang dibawa.Malam hari sudah bersih dan sepi cukup anggota keluarga yang berkumpul
.Dan kebetulan kita termasuk keluarga besar, yang dari Tulungagung ada kluarga sayadan kluarga bulik kusus.Dari ponorogo ada bulik jariyah.yang di Martapura ada ibuk mertua yang serumah dengan lek Ali Ramadani, sebelah rumah mbah putri ada bulik kulsum yang hajatan, pakde dul, lek budi dan bulik mimin rumahnya agak jauh ,dekat dengan pasar Martapura.Adapun keluarga mas Mas Mahfud Palangkaraya datangnya hari senin, karena baru pulang umroh.
Besuk paginya tepatnya hari senin keluarga pakde Mahfud datang ,jadi lengkaplah kluarga kita dari tiga provinsi, Jawa timur, Palangkaraya dan yang di Martapura kec Banjar Kalimantan Selatan tempat acara.
Ngumpulnya sdulur buat kami sangat berharga dan jarang bisa ,kecuali ada acara penting, Dan kita bisa kumpul di Jawa waktu mbah kakung Kuselan ayah mertua saya meninggal tahun 2017.
Jadi kita berkumpul pasti seru terlebih bila menggunakan bahasa daerah pasti perlu diterjemahkan. Sambil kita melingkar makan bersama seperti kita gendurian metri, kita berbagi cerita, saya yang tanya -tanya terkait acara kemarin yang menurut saya efektif efisien waktunya dan kekompakan warga yang luar biasa.
Sementara pakde pud dan istrinya menceritakan pengalaman umroh yang baru dijalani..Bulik kulsum dan bulik Niah yang kita sebut koki kita karena ahli masak sedang menyiapkan sajian makanan khasnya.
Sementara para orang laki laki membuat semayanan dengan tujat urut yang dipanggil dengan pak hehek, dusebut demikian karena bila yang dipijat itu masuk angin maka di pemijat ini tak henti hentinya sendawa atau dalam bahasa jawa glegek an, sehingga dipanggil pak hehek.
Keseruan makan bersama,berbincang dan tertawa bersama itu amatlah berharga, keluarga kami sangatlah akrab ,walau berjauhan, Ada saja cerita masa kecil yang unik- unik yang mereka ceritakan.
Saya masih penasaran dengan cerita tentang oak hehek ini, e ternyata waktu malam hari beliau memijat ya memang begitu. Dan rencaba selasa kita pulang malam itu pak hehek sekaligus memijat tiga orang, pakde pud, pak Kamto dan uamiku.
Itulah sebagian catatanku dari acara mantenan di Martapura yang memang ada unen unen "SEJE DESO MOWO CORO" yabg bisa diartikan lain daerah lain pula adatnya.Yang terpenting kita bisa mengambil hikmah positifnya.