Jumat, 21 Januari 2022

Prof. Dr.NGAINUN NAIM PENYULUT SUMBU LITERASI



Oleh: Komsiyah S 
( MI Mafatihul Ulum Balesono Ngunut Tulungagung)

Berbicara tentang sosok  Bapak Ngainun Naim maka tak terlepas dengan dunia literasi, ibarat sebuah koin mata uang,  maka ada dua sisi yang tak terpisahkan yaitu satu sisi nama Ngainun Naim dan sisi baliknya literasi, maka tidak heran bila banyak orang yang menyebutnya bapak literasi.

M.Arif Faizan dalam acara KOPDAR II SAHABAT PENA  tanggal 27 Januari 2019 yang juga penulis ikuti, beliau menyampaikan  adagium tentang sosok Ngainun Naim seperti ini " Jika ingin kaya dekatlah dengan para pengusaha,  jika ingin harum dekatlah dengan penjual parfum dan jika ingin jadi penulis dekatlah dengan Dr.Ngainun Naim".Dan sayapun mengakui apa yang beliau sampaikan.

Nama Ngainun Naim sudah lama penulis kenal  karena beliau aslinya dari desa Sambidoplang kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung yang merupakan desa sebelah dari tempat tinggal saya , bapak beliau seorang pendidik kepala MI Nurul Islam Miridudo dan waktu bersekolah kita sama- sama alumni MTsN Tunggangri tetapi beda tahun dan juga kita sama-sama memiliki sosok guru literasi yang sama yaitu Bpk Amrulloh almarhum yang merupakan sang penulis dan memiliki puluhan ribu  koleksi buku di perpustaan pribadinya,  tapi secara personal saya mengenal sosok bapak Ngainun Naim itu saat saya menjadi mahasiswa beliau waktu kuliah S1 di STAI Diponegoro Tulungagung, bersamaan dengan bpk Eko Siswanto yang sekarang sebagai dosen di Jayapura.

SANG DOSEN INSPIRATIF
Bapak Ngainun Naim menjadi salah satu dosen saya saat kuliah SI di STAI  Diponegoro Tulungagung. Dengan pembawaan beliau yang kalem dengan penyampaian materi yang mudah diterima , menjadikan beliau termasuk dosen idola dan  materi yang semula itu dianggap sulit menjadi sesuatu yang bisa merubah image menjadi materi yang menarik dan menantang, diantara mata kuliah yang beliau ampu saat itu tentang statistik penelitian.

Dan ada  keunikan dari logat penyampaian beliau yang kalem dan diselingi dengan " e" ,  dan jujur saya akui , saya diantara mahasiswa yang memiliki tipe saat mengikuti kuliah maka untuk memudahkan merekam saya harus menulis, walaupun tulisan  itu tidak bisa secara jelas  saya baca kembali, bahkan  juga pernah waktu mengikuti kuliah beliau saya menghitung huruf  " e" yang beliau sampaikan diantara kata atau kalimat yang beliau sampaikan.Saya ibarat panitia pilkades yang membuat coretan pagar betis penghitungan, tapi jumlah hitungan bukanlah suatu angka kemenangan dari sang kepala desa tapi jumlah huruf " e" yang disampaikan bapak Ngainun Naim dalam penyampaian mata kuliahnya. Nah dalam kesempatan ini saya secara terbuka  mengakui perbuatan saya kepada bapak Ngainun Naim  dan mohon maaf , dan saya yakin beliau memaafkan dan bahkan beliau mungkin menertawakan pengakuan saya ini.

Dalam setiap mata kuliahnya beliau memberikan pengantar materi dengan peta konsep yang menggiring mahasiswa untuk mengembangkan diri, sehingga dalam melaksanakan tugas bukan suatu beban atau sekedar menggugurkan tugas,  tetapi suatu kesadaran untuk berkembang.

PENYULUT SUMBU LITERASI
Dalam dunia literasi saya sangat bersyukur bisa mengenal dan mendapat kesempatan untuk belajar langsung dengan beliau yang diawali di sebuah acara seminar yang diselenggarakan oleh PERGUNU Tulungagung dan adanya wadah grup WA Maarif Menulis dan grup Gubuk Literasi yang langsung dalam bimbingan beliau dan dari grup ini akirnya beberapa buku antologi yang saya ikuti terbit,diantaranya: Mendulang Literasi di Kampus Dakwah dan Peradapan, Sejuta cerita tentang Ibu,The Legend Of  Blendrang,  Kuliah Daring di Tengah Covid-19 dari Berbagai Presfektif, dan Suka Duka Mendampingi Anak Belajar di Masa Pandemi. Maka benar adanya seperti yang disampaikan M.Arif Faizan , " jika ingin jadi penulis dekatlah dengan Dr.Ngainun Naim".

Dengan pemberian materi beliau tentang dunia literasi yang ringan , tidak bertele-tele, menulis itu mudah, menulis itu asyik dan menulis itu juga sebagai wahana refresing. Maka seolah terhipnotis merubah image bahwa menulis itu hal berat seolah membawa beban,  dan seolah hal mustahil terutama bagi orang yang profesinya tidak didunia pendidikan atau akademisi. 

Beliau meyakinkan bahwa menulis itu bisa dilakukan oleh siapa saja dari profesi apa saja,kapan saja, yang penting memiliki kemauan.

Beliau memberi contoh sosok Sri Lestari seorang yang dengan bangga mengaku sebagai (maaf) babu atau TKW berbagi kabar ke dunia dari sebuah loteng di dapur majikannya, tulisannya selalu ditunggu ribuan follower dan fans blognya .Berawal dari pemberian laptop bekas pemberian majikannya tanpa diajari cara mengoperasikannya kecuali dua hal yang diberitahukan yaitu tentang power dan enter. 

Sri Lestari gigih belajar menulis secara otodidak  dan akirnya dia mampu melompati batas profesi dan status sosialnya dengan menulis. Melalui menulis ,ia telah memberi ruang secara sangat luas. 

Dalam bukunya The Power of writing beliau meuliskan " sebagai seorang yang merasakan manfaat menulis, saya ingin "mempermalukan" teman-teman yang punya banyak potensi dan peluang menulis melebihi Sri Lestari tetapi belum menulis. Sri Lestari yang (maaf) babu saja bisa,mau dan mampu menulis, masak kaum yang lebih terpelajar tidak bisa?" bila anda mengetik kata kunci Babu Ngeblog di Google maka akan menemukan blog Sri Lestari yang telah melompati batas profesi dan status sosialnya dengan menulis.

Bapak Ngainun Naim dengan ciri khas bahasa yang  ringan serta bahasa sentilan sentilun bisa menyulut sumbu literasi. Diantara kalimat sentilan sentilun yang beliau sampaikan pada saya , "Ayo segera menulis , mau nunggu apa dan  kapan lagi ?" , ada lagi " tulisan itu terwujud ya bila ditulis bukan diangan-angan". dan kesempatan lain saat saya minta pendapat beliau tentang sebuah tulisan yang akan saya ikutkan dalam sebuah ajang lomba kepenulisan , beliau menyampaikan, " kirim saja, tugas kita sebagai penulis ya nulis, biar orang lain yang menilai karya kita, yang penting kita sudah menghasilkan  karya, selebihnya karya itu yang akan berbicara sendiri". Dan dalam buku karya beliau yang saya koleksi beliau berkenan memberikan tanda tangan dan ada tulisan yang menurut saya ada pesan yang dalam yaitu " Selamat Membaca dan Menulis ....".Beliau seorang penulis yang produktif dan dikenal dengan jargon    " Ini Catatanku, Mana Catatanmu?".

Dalam dunia kepenulisan beliau juga menyampaikan beberapa prinsip yang harus diketahui yaitu: Menulislah yang kita kuasai, menulislah yang kita sukai  dan menuliskah yang kita lakukan sehari-hari. Bagi orang yang mulai belajar menulis ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui, diawali bagaimana cara mengawali menulis, apa yang harus ditulis , kemudian setelah mulai belajar menulis muncul rasa tidak percaya diri dan malu bila tulisannya dibaca atau mendapat kritikan pembaca, dan bagi penulis yang sudah lancar maka tanggapan dari sang pembaca itu justru yang sangat diharapkan sebagai apresiasi atas karyanya.

Menjadi anggota komunitas dalam dunia literasi yang beliau bimbing saya sangat bersyukur, karena selama ini saya yang hanya bergelut didunia pendidikan tingkat dasar tidak memiliki wadah untuk pengembangan diri kususnya di dunia literasi, walaupun beberapa tahun lalu pernah belajar praktek kepenulisan dengan mengikuti ajang kompetisi lomba karya tulis ilmiah bagi guru Madrasah Ibtidaiyah yang diadakan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Keagamaan  Agama Jakarta yang kemudian dari 10  peserta terpilih dari 345 peserta karyanya dibukukan dengan judul" Paradigma Baru Pembelajaran Keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah". dan ini buku antologi pertama kali yang saya ikuti. Namun karena belum tau bagaimana cara pengembangan diri dan tidak ada pembimbing , maka aktifitas kepenulisan saya seolah padam.

Maka untuk menghidupkan sumbu literasi yang sempat padam, saya ingin untuk belajar walaupun rasa belum percaya diri itu masih tetap ada. Untuk memupuk rasa percaya diri itu diantaranya saya mengoleksi dan belajar dari buku-buku karya bapak Ngainun Naim diantaran judulnya: Menulis Itu Mudah (40 Jurus Jitu Mewujudkan Karya), Spirit Literasi Membaca Menulis Dan Transpormasi Diri, Proses Kreatif Penulisan Akademik, The power of writing ( mengasah Ketrampilan Menulis Untuk Kemajuan Hidup), Literasi Diri ( tentang Aku dan buku-bukuku), Rekonstruksi Pendidikan Nasional membangun paradigma yang mencerahkan, selain itu saya juga membaca diakun facebook beliau.

Dari buku "Menulis itu Mudah" karya Bapak Ngainun Naim,  kita menemukan jurus-jurus jitu dalam menghasilkan karya tulis diantaranya ; Menulis yang diketahui. Menulis Secara Ngemil. Menulis tentang Perjalanan. Formula satu hari lima Paragraf. Banyak Membaca Banyak Ide. Belajar menulis kepada Penulis.Menulislah sebelum ditulis. Menulislah Secara Berani. Kegiatan Harian Sebagai Ide Tulisan. Membuatlah blog dan isilah secara rutin. Menulis itu Proses Untuk Belajar. Menulis Membuat Unggul.

Jurus yang lain yang beliau suguhkan bahwa : Bisa Menulis Merupakan Suatu Anugerah. Luangkan Waktu , Bukan Menunggu Waktu luang. Dengarkan, Catat dan olah menjadi tulisan.Yakinkan Diri Bahwa Anda adalah Penulis.Menulis Tanpa Beban.Jalani,nikmati dan Syukuri. Empat Level Malu dalam Menulis, Menulis Banyak Memberi rezeki.Menulis Membuat Plong. Menulis Membutuhkan Perjuangan.Menulislah Seperti Jam Dinding. Menulis itu ada Levelnya. Jadikan Menulis Sebagai Hobi. Menjadikan Menulis Sebagai Suatu Kebiasaan. Menulis Itu Ketrampilan Sekolah Dasar. Banyak Membaca Banyak Ide. Rekam,Transkip dan Olah Menjadi Tulisan dan jurus Menulis Diri . Memberdayakan Diri. Jurus jurus menulis ini selengkapnya tertuang dalam buku " Menulis itu Mudah" karya Bapak Ngainun Naim.

Sedangkan Buku The power of writing merupakan buku yang sarat dengan motifasi. Dalam buku ini bapak Ngainun Naim membongkar ketidakbenaran mitos bahwa  menulis itu sulit dan membangun keyakinan bahwa menulis itu mudah. Bermula dari sinilah akan lahir kekuatan tulisan yang mampu menggerakkan dari yang statis menjadi aktif dan dari yang pesimis menjadi optimis.

DR.H.Supriyanto , S.Pd, M.Pd , dosen PPs Universitas Kajuruan Malang dalam Endorsement di buku The power of writing  menyampaikan,  "Budaya lisan kita belum seiring dengan budaya tulis. Kita bisa bercerita panjang lebar semalam suntuk, tetapi macet ketika menuangkan ide untuk menulis. lewat tulisan Dr.Ngainun Naim  The power of writing mengajak kita untuk membangkitkan gairah menulis sehingga menulis menjadi budaya,'.

Dalam buku The power of writing , memuat berbagai Spirit Menulis, Motifasi Menulis, Alasan Menulis, Hambatan dalam Menulis,Strategi Menulis, dan pentingnya kita belajar Menulis dari Para tokoh. 


Inti tulisan Bapak Ngainun Naim dalam buku ini diantaranya : Penulis besar tidak akan larut dalam kondisi spirit yang menurun.Ia akan selalu berusaha mencari jalan agar spirit menulisnya kembali meningkat.Sementara penulis pemula,ia akan pasrah pada keadaan,pasifdan menunggu momentum untuk menulis.
Kesulitan menulis biasanya disebabkan karena 'jam terbang " menulis yang belum tinggi.Membuat blog merupakan sarana untuk meningkatkan " jam terbang". Semakin sering blog diisi maka semakin terlatih menulis.

Membaca dan menulis merupakan sarana untuk menambah waawasan, pengetahuan ,ketrampilan dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas diri.

Membaca dan menulis itu memiliki energi besar untuk merubah hidup kita.Jadi mari membaca, serap energinya,dan menjadi diri yang terus memiliki nilai tambah setiap hari.Setelah itu tulis dan kembangkan agar diri kita semakin berdaya.

Menghasilkan tulisan membutuhkan suatu proses dan perjuangan yang tidak ringan.Banyak yang tidak tahan menjalaninya sehingga tulisan gagal dibuat. 

Kesibukan rutin,rasa malas, kecilnya penghargaan dan berbagai faktor lainnya yang menjadi penghambat proses menulis.

Menulis yang baik itu membutuhkan proses panjang .Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk menghasilkan tulisan.Kesabaran itu berkaitan dengan bagaimana bertahan dari segala godaan agar sebuah tulisan bisa selesai. 

Ketekunan berkaitan dengan bagaimana terus menerus menulis sampai selesai. Sikap semacam inilah yang dibutuhkan agar seseorang mampu menjadi penulis yang berkualitas.

Menulis yang baik membutuhkan satu syarat yang sangat mendasar yaitu rajin membaca. Semakin banyak membaca maka seseorang akan semakin banyak perbendaharaan wawasan dan pengetahuannya yang kemudian dapat diadikan sebagai modal unuk menulis.Mustahil seorang yang mampu menulis secara baik jika tidak pernah membaca.

Bapak Ngainun Naim juga menuliskan pendapatnya bahwa" Menulis itu bentuk perjuangan. Banyak yang berpendapat bahwa menulis itu membutuhkan waktu yang tenang, khusus dan sedang tidak sibuk. Jika rumus itu dipakai, barangkali saya akan sangat jarang untuk menghasilkan tulisan.Lima hari dalam seminggu saya harus pergi ke kantor.Berangkat sekitar jam 6 pagi dan sampai rumah setelah magrib, Hari Sabtu dan Minggu biasanya saya pakai untuk kegiatan keluarga, sehingga nyaris tidak ada waktu untuk menulis".

Ketrampilan menulis itu sesungguhnya sangat penting. Sayangnya, sampai sejauh ini hanya sebagian kecil saja yang mau menekuninya.Karena itulah saya kira tidak berlebihan bila penulis itu disebut makhluk langka.

Kunci penting menulis itu salah satunya adalah tidak mudah menyerah Jika menyerah tentunya tidak akan menjadi penulis yang berhasil. Penulis yang berhasil semuanya memiliki mentalitas tahan banting. Berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi dapat diatasi dengan baik.

Beliau juga menuliskan bahwa tugas penulis itu ya menulis dan penulis itu tidak mengenal pensiun. Karena itu aspek penting yang harus dilakukan sebagai bagian dari identitas sebagai penulis adalah terus memproduksi karya .Seorang Penulis tidak akan disebut sebagai penulis jika hanya berbicara saja. Bukti bahwa seseorang itu disebut penulis adalah karya yang ia buat.

Para Penulis hebat adalah mereka yang mau berbagi  pengalamannya dalam menulis. Mungkin mereka sekedar menulis saja, tetapi jika tulisan itu mampu menggerakkan orang lain untuk menulis, Insyaalloh nilai kebaikannya terus mengalir. Itu adalah bagian dari isi dari tulisan-tulisan bapak Ngainun Naim dalam bukunya yang berjudul The Power Of Writng.

Dan tulisan ini penulis buat untuk memenuhi kehormatan atas undangan menulis antologi dalam rangka pengukuhan Guru Besar Prof.Dr.Ngainun Naim . Saya ucapkan selamat kepada Bapak atas pengukuhannya sebagai guru besar, semoga tulisan saya yang dalam proses belajar ini turut menjadi kado kecil buat kesuksesan bapak dan keluarga. Semoga jenengan sekeluarga senantiasa dalam lindungan dan ridho Alloh SWT, sehat selalu dan penuh keberkahan. Dan terimakasih atas ilmu yang bimbingannya, mohon doa restunya semoga  ilmu saya  bermanfaat. Amiin
Tulungagung, 21 Januari 2022

Profil  Penulis.
KOMSIYAH S, M.Pd.I . 
Kepala MI Mafatihul Ulum Balesono Ngunut Tulungagung. Alamat rumah Dusun Ngasinan Ds.Trencenng, Sumbergempol Tulungagung, Jawa Timur. Nomor WA.081615668208. Nama Suami Kobir dan nama anak Mufidatus Salma Hamda Syauqiya. Buku Antologi : Paradigma Baru Pembelajaran Keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah, Sejuta Cerita Tentang Ibu, Mendulang Literasi di Kampus Dakwah dan Peradapan, The Legend Of  Blendrang, Kuliah Daring di Tengah Covid-19 dari berbagai prespektif, Suka Duka Mendampingi Anak Belajar di Masa Pandemi.